Lihat ke Halaman Asli

Haryadi Yansyah

TERVERIFIKASI

Penulis

[Cerpen] Pahlawan Renta

Diperbarui: 1 Juni 2019   03:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Source image: tokkoro.com

Angin malam kini telah meninggalkan pagi, menyisakan sedikit embun yang masih menyejukan relung jiwaku. Lihatlah matahari menoleh malu-malu menandakan sebentar lagi mulai menyinari seisi dunia. Keluarga ayampun telah lama bangun dari tidurnya dan langsung mengais rejeki. Sebenarnya sang jantan sedari fajar telah mengajak seisi rumah ini untuk meninggalkan tidur lelap mereka, namun hanya sedikit saja yang mau mengindahkan kokokannya. Hanya aku, anak laki-lakiku dan istrinya yang mau mengikuti tahtah itu. Sedangkan ketiga cucuku masih tertidur lelap.

Hari minggu seperti ini memang dijadikan alasan bagi mereka untuk berleha dan bermalas. Telah berberapa kali aku mencoba menegur mereka secara baik-baik. Mereka memang masih tergolong anak-anak, namun aku paling tidak suka generasi seperti mereka hanya menyiapkan hari-hari mereka hanya untuk bersantai. Aku sangat menyayangkan akan disiplin yang kuajarkan kepada anak laki-lakiku dulu tidak diajarkan kepada anak-anak mereka.

Berberapa kali aku mengajak anak laki-lakiku berbicara mengenai cucu-cucuku, namun aku tetap saja kalah suara.

"Bagus, coba kau ajarkan anak-anakmu itu untuk tidak bermalas-malas," ujarku tajam. Namun jawaban yang kudapat sempat mebuat kecewa hatiku.

"Bapak, biarkan saja mereka sekali-kali beristirahat, toh seminggu ini mereka melakukan aktivitas cukup padat, tak ada salahnya membiarkan mereka untuk bangun tidur lebih telat dari pada biasanya," bela Bagus pada anak-anaknya.

"Iya tapi kan...."

Belum sempat aku bebicara lagi Bagus telah memotong pembicaraanku.

"Ya udah bapak istirahat saja, toh bapak juga membutuhkan banyak istirahatkan? biar bapak tidak gampang sakit," potong Bagus kepadaku sambil meninggalkanku. Aku hanya bisa mendesah melihat semua ini.

*  *  * 

Pernah berbarapa kali aku mengajak ketiga cucuku untuk berbincang, sekedar bercerita mendangarkan kisah-kisahku sewaktu muda dulu. Seperti hari ini, kupanggil mereka bertiga dan kuajak mereka duduk diteras belakang, aku berharap suasana sejuk bisa membuat mereka sedikit lebih semangat untuk mendengar cerita-ceritaku.

Kupanggil mereka satu-persatu. Kudengar desahan enggan mereka saat ku panggil. Dito cucu tertuaku kini berusia sekitar 17 tahun, dan sekarang masih duduk di bangku SMU sedangkan Dika usianya baru 12 tahun dan sekarang masih duduk dikelas 2 SMP, sedangkan sibungsu Dini baru berusia 8 tahun dan masih menempati kursi kelas 3 sebuah sekolah dasar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline