Lihat ke Halaman Asli

om_nanks

TERVERIFIKASI

nikmati yang tersaji jangan pelit berbagi

Back to Village: Tinggal di Desa Rejeki Kota Bisnis Mendunia

Diperbarui: 17 Desember 2022   00:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi/pasar sayur jl raya kedungrejo-banjarejo pakis malang (dok. pribadi)

"Haiiii.... temen-temen... kalian kalau pas hari libur healing kemana???"

"ngemall, ngecafe, ngewarkop, ke pantai, naik gunung, atau ke desa dengan segala aktivitasnya atau malah rebahan di rumah saja ditengah hiruk pikuk perkotaan?"

Beberapa penghuni perkotaan menyulap rumah huniannya menjadi seasri mungkin agar terlihat hijau dengan tanaman/pepohonan, mereka menginginkan udara sejuk pedesaan ada di sekitar tempat tinggalnya.

Bahkan ada sebagian yang lain memutuskan untuk hijrah meninggalkan hunian vertikal perkotaan dan ramai-ramai kembali ke desa membangun desa dengan berbekal pengalaman di kota. Sebagian yang lain menilai bahwa pulang dan menetap ke kampung halaman tanah kelahiran yang telah lama ditinggal membutuhkan effort yang luar biasa, baik dari segi dana, tenaga, waktu, pikiran dan yang tidak kalah penting merubah style kota kembali dengan kehidupan sehari-hari di desa dengan segala kesederhanaannya.

Dengan adanya jaringan internet serasa dunia dalam genggaman, manfaatkan era digitalisasi yang dipadu kesederhanaan yang membumi dengan udara khas sejuk dan masyarakat yang saling bertegur sapa bernama desa, dari sini gali potensi beserta karakteristiknya bersama-sama dengan stakeholder desa lainnya.

Merubah Style

Tidak semua warga kota bergaya hidup yang cenderung hedon dan boros, namun stereotip masyarakat perkotaan yang serba hedon dan boros masih saja melekat hingga saat ini, sementara beberapa warganyapun lama-lama ada yang merasa bosan dan menginginkan sesuatu yang dekat dengan alam.

Kota, bukan hanya dimiliki oleh orang-orang berduit tanpa seri tetapi kota dengan segala fasilitas kemewahannya memacu orang-orang untuk berlomba-lomba menjadi sukses, dan sukses itu cenderung diidentikkan dengan kelimpahan materi. Sementara masyarakat pedesaan yang sebagian besar berprofesi sebagai petani dan buruh tani, mereka hanya mengandalkan kehidupannya dari alam hasil bercocok tanam.

Jika beruntung panen melimpah dengan harga tinggi yang kelebihannya bisa jadi akan dipergunakan untuk meningkatkan pendidikan generasi berikutnya yaitu anak-anak mereka ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi agar mampu mengembangkan dan menata desa menjadi lebih baik lagi, namun jika lagi apes meskipun panen melimpah, didapati harga yang tak setimpal dengan jerih payah mereka.

Lantas kehidupan seperti apa yang orang-orang kota dambakan jika mereka melakukan deurbanisasi/ruralisasi?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline