Lihat ke Halaman Asli

Omjay Labschool

guru blogger indonesia

Mahkota Tertinggi Seorang Guru

Diperbarui: 20 Agustus 2024   12:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(dokpri)

Mahkota tertinggi seorang guru. Inilah topik pilihan kisah Omjay kali ini. Tak sengaja Omjay bertemu dengan seorang guru tangguh berhati cahaya. Beliau mantan perwira polisi. Sekarang sudah meninggal. Namanya almarhum H. Musyawir (Purn polisi), kakak sulung bapak Thamrin Dahlan. Omjay bertemu dengannya ketika menjadi narasumber bedah buku bukan orang terkenal. Kami mengobrol sebentar bersama mbak Riri Wijaya dari penyiar radio Broadcaster radio 103,4 FM Jakarta.

https://www.kompasiana.com/wijayalabs/551225538133115754bc5fb2/rahasia-umur-panjang-pak-mus?page=3&page_images=5

Pertemuan bersejarah itu sudah 12 tahun lalu berlalu. Namun apa yang beliau sampaikan begitu berkesan di hati Omjay. Selain rahasa panjang umurnya, ada hal lain yang beliau katakan. Kata beliau mahkota seorang guru adalah kejujuran. Guru yang jujur akan mendapatkan mahkotanya.

Kejujuran adalah mahkota seorang guru. Begitu kata seorang pakar pendidikan Islam, Fuad bin Abdul Aziz Al-Syalhub, dalam bukunya Al-Mu'allim Al-Awwal Shallallahua'alaihi wa Sallam Qudwah Likulli Mu'allim wa Mu'allimah. Ketika guru berkata jujur, maka guru telah memiliki sifat kenabian yang mulia.

Dia mengatakan hal itu dengan mengambil teladan pada diri sang guru umat muslim di dunia, Nabi Muhammad SAW yang menggunakan salah satu motode pengajarannya atau pembelajarannya yang sangat menjunjung tinggi kejujuran, ternyata telah berhasil begitu banyak meninggalkan ilmu berguna membekas pada muridnya.

Kalau saja semua guru sekarang mau bersepakat contoh guru yang paling sempurna adalah Rasulullah SAW, tentu metode yang beliau gunakan sangat perlu untuk dipelajari, dihayati, dan diamalkan. Sebab dalam diri Rasululah ada contoh yang baik bagimu.

Keampuhan motode tersebut sudah terbukti sangat luar biasa, ribuan sahabat yang sekaligus menjadi murid Nabi SAW mampu menyerap ilmu begitu banyak. Padahal kala itu sarananya sangat terbatas, termasuk alat untuk tulis menulis pun sangat minim, namun hafalan mereka hingga sekarang telah melahirkan ribuan kitab yang dibukukan oleh para generasi yang datang kemudian.  

Keberhasilan proses pendidikan yang diajarkan Rasulullah SAW 14 abad yang lalu itu, hendaknya sekarang ini perlu menjadi renungan bagi para guru dan pejabat yang mengelola pendidikan di negeri ini. 

Perlu kita sadari, karena hampir tiap tahun ajaran berakhir, banyak yang gelisah dengan target kelulusan murid yang terancam tidak akan tercapai. Sehingga menjelang kegiatan asesmen nesional berbasis komputer atau ANBK setiap tahun berbagai upaya pun dilakukan. Hal ini dilakukan agar raport pendidikan terlihat baik.

Guru-guru diharuskan mengajar ekstra, murid-murid atau siswa-siswa dipompa dengan berbagai latihan soal-soal, dan tidak sedikit anggaran harus ditambah untuk itu. Seharusnya guru harus memahami kebutuhan siswa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline