Lihat ke Halaman Asli

Deki Setiawan

Paruh waktu

Kuliah? Biar Pintar Ambil Jurusan Ketuhanan yang Maha Esa

Diperbarui: 23 Agustus 2016   23:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Apapun gelar seseorang bercakap-cakap tentu sudah menjadi rutinitas, entah itu dengan teman rumah, teman kantor, teman kuliah, saudara dll. aneh rasanya jika ada seseorang yang enggan bicara dengan orang disekelilingnya walau sepatah katapun. Bahkan ada yang merasa seperti orang gila jika sehari saja tidak berbicara dengan orang lain. untungnya dijaman sekarang sudah ada aplikasi jejaring sosial yang dapat kita pergunakan untuk bercakap-cakap dengan orang yang kita kenal. Walau kelihatannya seharian dikamar sendirian, mungkin sudah belasan orang yang kita ajak bicara.

Yang menjadi lawan bicarapun berbeda-beda sifat dan cirinya. Ya setiap orang memang berbeda-beda, ada yang dewasa ada juga yang kekanak-kanakan, ada yang positif ada juga yang negatif, ada yang pintar ada juga yang apa-apa tidak tahu, bodoh kalau kata orang. Bicara soal tahu dan tidak tahu, tidak mungkin didunia bagian manapun ada orang yang apa-apa itu ia pasti tahu. Bicara soal politik tahu, bicara soal musik tahu, lagu ini lagu itu tahu, berita terbaru tahu, pokoknya apa-apa serba tahu.

Mungkin kalian pernah mengalami ketika kalian membicarakan sesuatu dengan orang lain dan ketika membicarakan sesuatu hal yang kalian tidak mengetahuinya kalian dibilang bodoh? Mungkin untuk beberapa kasus kata bodoh itu boleh diberikan kepada kita, namun jika untuk semua pembahasan saya rasa kata bodoh itu dirasa kurang tepat. Bisa jadi orang yang bilang kita bodoh justru dialah yang sebenarnya bodoh. Seperti yang sudah saya jelaskan diatas, tidak ada orang yang ketika membicarakan sesuatu itu ia selalu mengetahuinya.

Dan yang menjadi masalahnya adalah ketika kita membicarakan sesuatu dan kita tidak mengetahuinya kita dibilang bodoh dengan menyinggung-nyinggung gelar yang kita miliki. Kita ambil contoh saja ketika kita membicarakan suatu alamat dengan teman kita dan teman kita menanyakan suatu lokasi yang bisa dibilang terkenal disalah satu daerah, dan ketika kita tidak mengetahuinya  teman kita dengan gampang menganggap kita bodoh dengan menyebut gelar yang kita miliki “bodoh dah lo, gimana sih sarjana itu aja ga tau.” Atau ketika teman kita menanyakan bagaimana cara menginstal ulang laptop dan kita tidak mengetahuinya, dengan gampangnya teman kita bilang “lo kan kuliah, masa gitu aja ga tau? bodohnya.”

Kata itu terdengar lucu ketika seseorang yang dibilang bodoh itu adalah seorang lulusan tata rias, dokter atau apalah yang dalam perkuliahan mata kuliahnya tidak ada hubungan dengan PC. Kalau yang diberi nilai tadi adalah lulusan FTI, itu sah-sah saja. Sadar atau tidak, pernah mengalami atau tidak, ya memang itu yang terjadi.

Kuliah itu sudah ada fakultas dan jurusannya masing-masing, sudah ada pembahasannya masing-masing. Lalu kenapa orang suka menghubungkan hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan perkuliahan? Sampai-sampai saya pernah berpikir untuk mengambil jurusan ketuhanan yang maha esa. Biar pintar, biar tahu banyak hal. Sepertinya menjadi seorang mahasiswa atau memiliki gelar perkuliahan diharuskan mengetahui segala hal. Memang menjadi seorang mahasiswa itu diharapkan menjadi seorang yang mandiri, memiliki pemikiran luas, banyak baca agar banyak tahu. Namun bukan berarti semua hal itu harus tahu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline