“@MetroTVToday keren banget, siaran lgsg GMT nya dri Palembang sampai Ternate disiarkan langsung tanpa jeda iklan. Terima kasih @Metro_TV” - @RosiRose66
“Thank u @Metro_TV eventhough I can’t see this magnificent phenomena directly #SolarEclipse !Eclipse2016” - @MelyaFindi
Begitulah sebagian pujian yang dikicaukan orang-orang di twitter. Dibanding beberapa stasiun televisi lain, di peristiwa gerhana matahari total (GMT) 2016 ini, Metro TV nampaknya memang paling siap. Menurut project officer (PO) GMT 2016 Metro TV, Jati Savitri, tim Metro TV memang sudah mempersiapkan jauh hari. Persiapan paling krusial adalah penyebaran tim yang akan mengabadikan GMT dan tentu saja peralatan pendukung. Sebab, gerhana merupakan peristiwa puluhan tahun sekali.
“Apalagi sejak Metro TV berdiri, tim belum pernah memiliki pengalaman mengabadikan gerhana,” aku Jati.
Gerhana sebelumnya pada 1983, hanya TVRI yang punya pengalaman mengambil gerhana untuk ditayangkan di televisi. Stasiun televisi swasta baru muncul satu per satu pada 1990-an. Artinya, semua televisi belum pernah punya pengalaman meliput peristiwa GMT, kecuali TVRI. Agar mulus pelaksanaan peliputan GMT, Jati melakukan rapat dan diskusi secara intensif dengan tim, termasuk tim teknis.
“Intinya, gimana caranya dengan alat yang Metro TV punya tetapi hasil di layar televisi maksimal,” terang perempuan yang saat ini tercatat sebagai Manager News Metro TV ini.
Secara teknis, Metro TV tetap menggunakan “kamera biasa” yang biasa digunakan untuk liputan. Kamera yang dimaksud tipe Sony PMW EX3. Ada tiga kamera dengan tele HD 40x yang mengambil detik-detik GMT di tiga lokasi: Palembang, Belitung, dan Palu.
Namun, kamera Metro TV ini dipakaikan filter khusus asli Jerman, yang dibeli via Amazon.com seharga 22.99 euro. Tanpa filter bernama Baader AstroSolar Sonnenfilter-Folie ini, kamera tidak bisa menangkap GMT dengan cantik. Filter asal Jerman ini cuma “ditempel” manual di ujung lensa.
“Alhamdulillah menurut penonton, gambar yang bagus saat liputan GMT kemarin gambar Metro TV dan BMKG dibanding televisi lain,” ujar Trisilo Nugroho, Manager Technical Operational Metro TV.
Selain soal membuat peta penyebaran tim, sebagai PO, Jati juga memilih Presenter-Presenter serta Reporter-Reporter bukan cuma cantik, tetapi terbaik. Mereka yang dipilih ini sudah terbiasa melakukan pelaporan panjang. Dalam peristiwa seperti GMT, memang dibutuhkan Reporter yang mampu jadi stand upper bagus. Ia bukan sekadar berimprovisasi agar durasi panjang, tetapi memiliki bekal info mengenai peristiwa yang dilaporkan. Hal ini agar penonton terus mendapatkan info.
Di GMT ini, Metro TV menggandeng Kementrian Pariwisata (Kemenpar) sebagai sponsor eksklusif. Dari Kemenpar, tim Metro TV mendapat info empat titik terbaik, yakni Palembang, Belitung, Palu, dan Ternate. Selain info dari Kemenpar, Metro TV juga berkoordinasi dengan BMKG, Lapan, serta Panasonic secara insentif. Khusus Panasonic, perusahaan ini sengaja digandeng Metro TV sebagai back up. Jadi, jika kamera gagal atau terjadi error di lapangan, Metro TV punya back up gambar dari sumber lain, yakni Panasonic itu tadi.