Boleh jadi, sekarang ini Rifqi Alfian dari Gresik menjadi nama yang sangat populer. Betapa tidak, petisinya yang dibuat melalui www.change.org untuk menghentikan Yuk Keep Smile (YKS) ternyata memberi pengaruh lebih dahsyat dibanding tindakan yang sudah dilakukan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Betapa tidak, jika KPI baru bergerak mengeluarkan surat ke Trans TV pada 3 Januari 2014 setelah sekian lama YKS tayang, petisi yang dibuat Rifqi -belum sampai sebulan- justru sudah berhasil mengguggah 29.764 pendukung per Minggu, 5 Januari 2014 ini.
Memang, saat ini dibutuhkan orang-orang seperti Rifqi yang berani melawan kapitalisme yang menjangkit di pertelevisian nasional. Meski tidak sepaham 100% dengan Rifqi -terutama dalam hal menghentikan program, karena saya tetap ikut aturan KPI sebagai pemegang amanat - , tetapi saya salut dan respek dengan tindakannya.
Gara-gara Rifqi, seluruh masyarakat pencinta tayangan televisi sehat, menjadi kompak. Meski ada pro-kontra, tetapi melihat aneka komentar di social media, baik di Facebook maupun Twitter mendukung tindakan Rifqi. YKS dianggap jauh dari nilai positif dan berdampak buruk pada remaja dan anak-anak. Di kolom Aspirasi di situs KPI sendiri, dalam dua hari terakhir ini banyak mengkritisi tayangan YKS. Coba Anda perhatikan komentar-komentar di bawah ini:
Namun, tahukah Anda, bukan cuma YKS yang minta dihentikan, tetapi ada program lain yang sesungguhnya juga banyak diprotes, yakni Pesbukers. Meski belum ada orang seperti Rifqi yang berani membuat petisi, “diam-diam” protes penonton pada Pesbukers sudah cukup banyak. Bahkan jumlahnya nyaris seimbang dengan YKS.
Sebetulnya, nasib Pesbukers sudah “diunjung tanduk”. Artinya, tinggal menunggu momentum lagi, Pesbukers bisa saja dihentikan penayangannya. KPI sudah beberapa kali mengirimkan surat teguran pada ANTV, karena Pesbukers telah melanggar aturan yang sudah ditetapkan di Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) dan Standar Program Siaran (SPS). Mari kita tengok data-data yang saya himpun berikut ini:
1.Pada 18 April 2012, Pesbukers menayangkan adegan Julia Perez alias Jupe menutupi kepala Raffi Ahmad dengan rok yang dipakainya. Penayangan tindakan tersebut telah melanggar P3 Pasal 7 dan Pasal 9, serta SPS Pasal 6 ayat (2) huruf a dan Pasal 9.
2.Pada 24 Mei 2012, Jupe menyanyikan lagu Belah Duren yang berisi muatan dewasa di hadapan para pelajar SMK.
3.Pada 19 Juni 2012, Olga Syahputra mengatakan: “Jupe dikit-dikit Assalamu’alaikum, bagus sih...Tapi kalau Assalamu’alaikum terus lama-lama kayak pengemis yee...”. Ucapan Olga tersebut mengomentari Jupe yang menyapa penelepon masuk dengan ucapan: Assalamu’alaikum. Jenis pelanggaran ini dikategorikan sebagai pelanggaran atas penghormatan teradap nilai-nilai agama dan norma kesopanan. Saat itu KPI Pusat juga menerima surat No. B-318/MUI/VII/2013 tertanggal 08 Sya’ban 1433 H/ 28 Juni 2012 M dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), perihal ucapan Olga.
4.Pada 3 Juli 2012, KPI mengirimkan surat bernomor 424K/KPI/07/12. Surat tersebut berisi sanksi administratif penghentian sementara Pesbukers selama 7 (tujuh) hari berturut-turut sejak 9 Juli hingga 15 Juli 2012.
5.Pada 15 Juli 2013, KPI mengirimkan surat teguran tertulis untuk acara Sahurnya Pesbukers tayangan 10 Juli 2013 pukul 01:56 wib. Di episode ini, Pesbukers menayangkan adegan yang melecehkan orang dan/ atau masyarakat dengan kondisi fisik tertentu, serta pelanggaran terhadap norma kesopanan. Adegan-adegan tersebut antara lain:
·Sapri berkata kepada Andika yang menggendong Daus Mini, “Tadi gue lihat lu bawa monyet tiga, sekarang tinggal satu....”
·Eko berkata tentang Daus Mini, “Ganteng-ganteng dibilang monyet...itu bukan monyet... (tapi) nying-nying..”
·Eko menyebut Daus Mini, “Ini bukan catur. Ini biji congklak”.
·Andhika berkata kepada Eko, “Daus kalo lihat ini suka sedih (sambil menunjuk corong). Inget zaman lahirnya dulu. Nyokapnya nggak nyampe ke bidan akhirnya lahirnya pake corong jadinya keluarnya kecil”.
·Andhika berkata kepada Gading tentang daus, “Dia bingung. Orang dari dulu nggak pernah gede, kok lu tanyain kalo udah gede mau jadi apa?” Gading menyambung, “Daus kalau tetap kecil mau jadi apa?”
·Andhika berkata tentang Daus, “Daus itu hidupnya sial banget ya! Udah tua, kecil, ketiban banci lagi”.
Itulah sejumlah “dosa-dosa” yang dilakukan Pesbukers. Itulah kenapa saya katakan, Pesbukers sebetulnya sudah “diunjung tanduk”. Namun, nasibnya ternyata lebih mending dibanding YKS yang sekarang justru sudah “di ujung tanduk”. Petisi Rifqi menggugah ribuan orang untuk mendukung petisi dan pasti di luar petisi masih ada jutaan orang lagi yang mengingkan YKS dihentikan. Sementara, belum ada petisi yang menginginakn Pesbukers dihentikan. Padahal bukan cuma YKS yang minta dihentikan. Coba saja baca komentar-komentar di kolom Aspirasi di situs KPI berikut ini:
Tulisan ini tidak bermaksud memprovokasi agar ada orang membuat petisi menghentikan Pesbukers. Tetapi saya berharap, petisi Rifqi menjadi momentum untuk pengelola stasiun televisi untuk memperbaiki program-program yang sudah ada agar berkualitas, atau membuat program-program baru yang bermutu. Parameter berkualitas atau bermutu sebenarnya sederhana, tetap menghibur, tetapi isinya tidak penuh dengan kekerasan, caci maki, saling mengumpat, melecehkan orang dan/ atau kelompok tertentu.
Salam TV Sehat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H