Lihat ke Halaman Asli

Bagus Suci

Penikmat Pengetahuan

Korelasi Penggunaan BBM dan Kualitas Udara di Jakarta

Diperbarui: 14 Juni 2020   11:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Langit Bersih di Kawasan Monas (Credit: Fanspage Facebook DKI Jakarta)

Medio Maret hingga Mei tahun ini, mungkin menjadi masa-masa yang tak terlupakan bagi warga DKI Jakarta. Pasalnya, mereka menemui kondisi yang tak seperti biasanya di wilayah Ibukota.

Di tengah pandemi Covid-19, kita justru temui wajah Jakarta yang lengang dari aktivitas, polusi udara turun, dan langit yang relatif lebih cerah.

Momen ini sempat diabadikan oleh banyak warganet dan diunggah di media sosial. Mereka beramai-ramai memasang foto langit Jakarta yang biru dan udara yang bersih.

Tak bisa dipungkiri, kualitas udara di Jakarta memang membaik saat penerapan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) beberapa waktu lalu. Berdasarkan data dari AirVisual pada Selasa (7/4/2020), pukul 14.00 WIB, Air Quality Index (AQI) Jakarta berada di angka 37 alias kategori udara bagus.

Hasil pengamatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga menunjukan hal yang sama. Konsentrasi partikel debu (polusi) lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun lalu. Data ini diambil dengan membandingkan data Maret 2019.

"Kami punya pengamatan di beberapa lokasi di Jakarta tentang partikel/debu (SPM=Suspended Particulate Matter), konsentrasinya lebih rendah di banding bulan yang sama Maret 2019," kata Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG, Dodo Gunawan, sebagaimana dikutip dari detik.com, Selasa (7/4).

Secara korelatif, bersihnya udara Jakarta itu ada kaitannya dengan kebijakan pemerintah dalam mencegah penyebaran virus corona. Kebijakan PSBB ini memaksa warga untuk tetap tinggal di rumah dan menghindari berkumpul dengan banyak orang.

Sekolah, fasilitas umum, dan tempat hiburan ditutup, beberapa perusahaan menerapkan #BekerjaDariRumah, dan transportasi umum pun dibatasi jumlah dan waktu operasionalnya.

Diakui atau tidak, hal itu sedikit-banyak telah berdampak positif bagi sisi lingkungan. Tapi yang paling terasa, terutama dari pembatasan kendaraan bermotor di jalanan. Berkurangnya lalu lalang kendaraan tentunya berdampak besar pada turunnya polusi udara di Jakarta

Sebab, menurut data Dinas Lingkungan Hidup DKI, penyumbang polusi udara di Jakarta selama ini terdiri dari sepeda motor 44,53 persen, disusul oleh Bus 21,34 persen, dan mobil pribadi 16,11 persen. Porsi kendaraan bermotor tetap terbesar dibandingkan sumber polusi lainnya.

Namun, selain jumlah kendaraan bermotor yang mencapai puluhan juta setiap tahunnya. Akar permasalahan polusi udara di Jakarta juga bersumber dari jenis BBM yang digunakan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline