Perjalanan saya kali ini adalah ke Bali, Bali meskipun terkenal dengan pesona pantainya, namun disayangkan saya sama sekali tidak menyentuh air laut, karena memang kesana tidak berniat untuk mandi di pantai mungkin saya juga takut korosi. trip yang saya jalani selama 4 hari 3 malam yaitu, uluwatu, GWK, kuta, hutan mangrove, tanah lot, nusa dua, tampak siring, dan gunung batur, tapi cerita kali ini tentang gunung batur. Pada pagi dini hari pukul 1 , saya berangkat dari Denpasar ke arah Kintamani, kenapa di pagi hari menurut Rizqy teman saya dari Bali, agar tidak terlalu panas di gunung nanti. Gunung batur merupakan gunung merapi yang sudah meletus sebanyak 26 kali dan dengan laharnya pernah menelan desa batur dan pura ulun danu, yang akhirnya desa dan pura tersebut dibangun kembali. Dengan ketinggian 1717dpm, gunung batur punya banyak keindahan diantaranya yaitu dari puncak kita bisa melihat jelas gunung Rinjani di Lombok dan satu hal lagi yang membuat saya lebih terkesan karena dibawah kaki gunung ini ada danau, disebut sebagai danau batur. selain itu diseberang Danau terdapat desa yaitu desa Trunyan, desa dengan ciri khasnya yaitu mayat yang tidak dikuburkan, tapi hanya diletakkan dibawah pohon. dan desa ini termasuk dalam kawasan bali aga (baca:keturunan bali asli). Gunung batur dapat didaki melalui pintu masuk pura, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai puncak sekitar 2 jam, disepanjang perjalanan kita akan disuguhi oleh hutan-hutan yang tidak terlalu rapat dihiasi oleh puhon cemara.
pintu masuk Saya memulai pendakian jam 3.15 wit. dan sampai di puncak sekitar jam 5.15 wit, suhu saat itu sekitar 16 c Di puncak terdapat kaldera yang sangat luas, dari bibir kawah masih jelas terlihat asap-asap belerang, yang terkadang banyak para pendaki yang memanfaatkannya untuk merebus telur. Satu hal yang mungkin sedikit mengganggu pemandangan yaitu terdapat warung dari start pendakian hingga di puncak yang menawarkan seteguk kopi dan makanan ringan.
di puncak dengan pendaki Ausie Setelah puas bernarsis ria, akhirnya kami turun jam 7 pagi dengan menyusuri kaldera dari gunung batur,jalur yang kami lewati cukup tipis dan butuh kehati-hatian ekstra jika tidak mau berguling-guling bebas di jurang.
kami menyempatkan diri untuk turun ke kawah yang sudah agak kering dan ke goa. tipe tanah yang terdapat di gunung ini seperti tanah pasir, sehingga sedikit licin ketika kami menjalaninya. Jam 8.30 kami sampai di bawah, karena kami tak ingin menghilangkan indahnya pemandangan di gunung ini kami pun mengambil foto lagi di jalan antara gunung batur dan danaunya, dan menurut teman saya , jalan ini biasa dipakai untuk iklan, karena dikenal panoramanya yang alami dan indah.sekian
salam lestari, salam kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H