Hampir setiap hari di sekolah saya ada anak yang melapor pada guru tentang perilaku olok-olok yang dilakukan sesama teman. Umumnya hal ini dilakukan oleh anak-anak kelas rendah sekolah dasar (1-3). Namun seiring bertambahnya usia laporan-laporan seperti ini semakin berkurang.
Mengapa hal itu terjadi? Umumnya anak-anak ketika awal masuk sekolah mereka masih susah menerima perbedaan. Jika dijumpai ada perbedaan mudah menjadikannya bahan olok-olok. Apalagi karena adanya pengaruh media sosial yang sulit dihindari bagi generasi saat ini. Setiap saat anak bertambah kosa katanya termasuk kata-kata yang mengandung bullying.
Lantas, bagaimana memahamkan anak agar bisa menerima perbedaan dan bisa bersikap baik dan benar terhadap sesama baik kepada yang tua atau yang lebih muda dan kepada teman yang berbeda dengannya.
Hal utama yang perlu diajarkan kepada anak adalah cara menghormati orang lain dari berbagai perbedaan. Kita bisa melakukan hal-hal berikut untuk membantu anak terbiasa dengan perbedaan.
Pertama, kata-kata yang tepat. Orang tua atau guru harus bisa menggunakan kata-kata yang tepat untuk menggambarkan orang lain karena apa yang diucapkan merefleksikan pikirannya. Contoh, mengatakan Fakih seorang anak yang tuli lebih sopan dari Fakih si anak tuli. Kata-kata/bahasa mendahulukan orang. Pesan yang tertanam dalam pikiran anak adalah "ketidakmampuan Fakih untuk mendengar" hanya bagian dari siapa dirinya.
Kedua, jangan mengolok-olok. Anak-anak belajar menghormati dengan mendengarkan bagaimana orang dewasa berbicara dengan sesamanya. Jika orang dewasa bercanda dan memperolok atau memanggil temannya dengan sebutan negatif, anak-anak akan menirunya.
Ketiga, ajari anak cara yang benar. Terutama jika sedang marah. Tentu ini sulit, tetapi berusaha ketika sedang marah tetap menghormati orang-orang di sekitar.
Keempat, bijak menggunakan media, baik televisi maupun media sosial. Ini juga sulit tetapi orang tua atau guru bisa mendiskusikan karakter dan situasi yang menunjukkan cara menghormati seseorang. Diskusikan tentang karater tokoh yang memperlakukan seseorang dengan baik atau sebaliknya.
Namun yang terpenting dari semua itu adalah peran orang tua di rumah dan pendidik di sekolah. Mereka harus bisa menjadi teladan dengan selalu menjaga sikap dan perilaku dalam menghargai perbedaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H