Lihat ke Halaman Asli

Rokhman

Menulis, menulis, dan menulis

Sulitnya Menjaga Konsistensi Menulis

Diperbarui: 22 Juni 2020   05:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

satelitpost.com

Menjaga konsistensi menulis bukanlah perkara mudah. Apalagi bagi penulis pemula. Ada-ada saja dalih yang digunakan, mulai dari ketiadaan ide, kesulitan merangkai kata, hingga alasan kesibukan yang sebenarnya untuk menutupi rasa malas.

Anda sepakat dengan pernyataan di atas? Jika, ya berarti sama dengan saya. Hobi menulis bagi saya sebenarnya sudah ada sejak kuliah PGSD tahun 90-an. Waktu itu saya sering mengirim tulisan ke majalah dinding kampus. Dan beberapa tulisan sempat menghiasi pers kampus waktu itu.

Hobi itu berlanjut hingga selesai kuliah. Bermodal beli kertas HVS eceran dan pinjam mesin ketik manual merk 'Brother' saya terus berlatih menulis. Beberapa tulisan saya coba kirim ke media cetak lokal seperti Wawasan, Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat, dan sebagainya.

Namun tak satu pun dari tulisan itu lolos untuk dimuat. Saya juga tidak tahu bagaimana nasib naskah tersebut. Mungkin hanya masuk tong sampah redaksi karena tak ada kabar balasan dari media yang saya kirimi.

Satu-satunya balasan datang dari koran Kedaulatan Rakyat Yogyakarta. Meskipun berupa kabar penolakan naskah, saya menganggapnya sebagai kabar gembira. Mengapa? Karena koran tersebut memperhatikan semua pengirim naskah termasuk dari penulis pemula seperti saya. Di samping itu redaksi juga memberitahukan persyaratan agar tulisan dapat dimuat.

Meskipun tulisan ditolak saya tidak patah semangat. Beberapa kali saya mencoba mengirim tulisan lagi. Saya mencoba menulis yang ringan-ringan. Diawali dengan menulis di kolom surat pembaca. Ternyata surat pembaca pun tidak mesti dimuat redaksi.

Rubrik surat pembaca biasanya disediakan oleh redaksi sebagai jembatan komunikasi antara pembaca dan media tersebut. Namanya berbeda-beda untuk setiap media tetapi tujuannya sama.  Bagi penulis pemula rubrik ini bisa dijadikan sarana berlatih menulis. Tulisan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim dan tidak ada honor untuk tulisan yang dimuat.

Berbeda dengan rubrik Sungguh-Sungguh Terjadi (SST). Rubrik yang sangat sederhana ini muncul setiap hari di halaman depan Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat Yogyakarta (SKH KR Yogja) pada pojok kanan bawah.

SST memuat tulisan satu paragraf kiriman pembaca yang berisi kejadian unik atau lucu. Meski berisi beberapa kalimat saja, KR mengapresiasi dengan honor yang lumayan. Beberapa kali saya kirim SST dan dimuat dengan honor mulai Rp2.500,00 hingga puluhan ribu. Lumayan untuk ukuran waktu itu. Bahkan bisa dikatakan sangat besar untuk tulisan sependek itu.

Sejak saat itu saya sering mengirim tulisan-tulisan pendek ke redaksi KR dan Minggu Pagi. Bukan karena faktor honor semata tetapi yang lebih penting ada kebanggaan ketika tulisan bisa dimuat.

Namun sejak diangkat sebagai guru ASN justru konsistensi menulis mulai goyah. Apalagi kalau bukan karena faktor kesibukan. Kegiatan menulis lambat laun mulai saya tinggalkan. Bahkan hingga puluhan tahun tak pernah mengirim tulisan ke surat kabar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline