Kata silaturahmi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki makna tali persahabatan (persaudaraan). Ada pula yang menyebut silaturahim berasal dari dua kata yakni sillah yang berarti menyambung, dan ar-rahim (rahim wanita) yang dikonotasikan keluarga/kerabat. Jadi, silaturahmi atau silaturahim mengandung arti menjaga tali persahabatan (persaudaraan) atau menjaga hubungan baik dengan sesama.
Menyambung tali silaturahmi merupakan salah satu amalan mulia yang diperintahkan dalam Agama Islam. Perintah tersebut antara lain terdapat dalam sebuah hadis yang artinya, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka sambunglah tali silaturahim."
Dalam hadis lain yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim disebutkan keutamaan silaturahim, "Barangsiapa menginginkan untuk diluaskan rezekinya serta diundur ajalnya, hendaklah ia bersilaturahim." Sementara itu ancaman bagi yang memutus silaturahmin disebutkan dalam hadis, "Tidak akan masuk surga orang yang memutus silaturahim."
Silaturahmi terutama dilakukan dengan kerabat atau keluarga dekat, namun jalinan silaturahmi dengan sesama atau rekan kerja juga perlu dijaga. Lantas, bagaimana agar jalinan silaturahmi dengan rekan kerja tetap terjaga sementara kita tak jumpa?
Pandemi Covid-19 mengharuskan kita Stay at home. Anjuran bekerja dari rumah, belajar di rumah, dan beribadah di rumah, menyebabkan kesempatan bertemu dengan rekan kerja sangat terbatas. Silaturahmi tidak harus dilakukan dengan bertemu secara langsung. Kini, dengan teknologi silaturahmi tak terputus meskipun di tengah pandemi.
Kemajuan teknologi khususnya sosial media seperti facebook, twitter, whatsapp, dan sebagainya bisa menjadi jembatan komunikasi dengan rekan kerja. Melalui grup WA, kita seakan bertatap muka. Bahkan, kini tersedia berbagai aplikasi yang memungkinkan rapat dilakukan secara daring. Dengan demikian perintah dan pekerjaan tetap bisa dilakukan meskipun tidak bertatap muka langsung.
Namun demikian, jika kondisi ini berlanjut sampai lebaran tentu akan ada suasana berbenda. Momen lebaran identik dengan ajang berkumpul anggota keluarga. Keluarga yang terpisah jarak karena pekerjaan akan memanfaatkan waktu libur lebaran untuk berkumpul. Maka, kita mengenal tradisi mudik di mana masyarakat saling mengunjungi sanak saudara.
Jika mudik sudah dilarang maka lebaran tahun ini menjadi lebaran paling sepi. Ajang silaturahmi untuk saling maaf memaafkan setelah sebulan penuh berpuasa hanya bisa dilakukan lewat bantuan teknologi. Bagaimana dengan tradisi sungkeman dan cipika cipiki? "Ah, sudahlah semoga wabah ini cepat berlalu!" Wassalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H