Benarkah menulis segampang ngomong seperti yang dikatakan Lasa Hs dalam bukunya? Saya yakin pertanyaan ini pasti pernah timbul di benak penulis pemula. Setelah membaca berbagai cara penulisan artikel sebagai penulis pemula biasanya ingin mempraktekkannya. Walaupun oleh penulis profesional sudah dijabarkan secara gamblang, walhasil penulis pemula masih saja menemui banyak kendala dan kemacetan dalam menuangkan gagasan.
Jika setiap pribadi penulis pemula menyadari bahwa setiap melakukan sesuatu pasti tak lepas dari kendala, tentu seorang penulis akan berusaha mencari jalan untuk menghindari kendala tersebut. Dengan dilandasi kesabaran dan ketekunan, Insya Allah penulis pemula tak akan mundur sebelum menghasilkan sebuah karya.
Kendala yang umum ditemui oleh penulis pemula adalah: Pertama, rasa malas mencari sumber referensi. Mencari referensi dengan membaca buku-buku, media massa baik cetak maupun elektronik atau berselancar di dunia maya adalah pekerjaan yang menyebalkan bagi sebagian besar orang. Namun kebiasaan membaca perlu ditumbuhkan. Apalagi bagi mereka yang ingin menjadi penulis. Jika rasa malas menghinggapi diri penulis, jangan mengharap impian dapat tercapai. Lebih-lebih malas mencari sumber referensi, sebab dari referensi itu akan diperoleh informasi dan wawasan serta pengetahuan yang luas sebagai bahan untuk menulis.
Kedua, krisis ide. Seorang penulis profesional pun bisa saja mengalami krisis ide, apalagi bagi penulis pemula. Untuk itu sebagai penulis pemula harus kretif dalam mencari ide bahasan. Ide bisa didapat kapan saja dan di mana saja.
Ketiga, kurang latihan. Kurangnya latihan dalam menulis akan berakibat; a. ketidakmampuan mengembangkan masalah. Padahal ide tulisan sudah menumpuk dalam pikiran akibatnya terjadi kemacetan dalam menulis. b. Kaku dalam penyusunan kalimat yang menyebabkan artikel yang dihasilkan sumbang dan tidak enak dibaca.
Keempat, takut salah. Rasa takut salah biasanya dikuti takut dikritik. Apabila perasaan takut salah dan takut dikritik masih hinggap pada diri penulis pemula, jangan harap bisa mencapai keberhasilan. Padahal dengan menemui kesalahan dan banyaknya kritikan akan menunjang keberhasilan dalam menulis.
Kelima, takut gagal. Bila kegagalan pertama sudah menjadi momok bagi penulis pemula, keberhasilan pun tak akan tercapai. Ada pepatah mengatakan kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. Maka, jadikan kegagalan itu sebagai tonggak keberhasilan.
Keenam, finansial/honorarium. Honorarium bagi penulis pemula mungkin dipandang tidak seberapa. Bahkan apabila tulisan itu dimuat di media cetak harus menunggu waktu yang cukup lama dan tidak menentu. Akibatnya, bagi yang tidak sabar beralih ke pekerjaan lain yang hasilnya lebih memuaskan.
Dengan adanya berbagai kendala inilah tak sedikit penulis pemula mengundurkan diri untuk menjadi penulis. Sebenarnya bila disadari, semua kendala itu dapat diatasi hanya dengan kesabaran, ketekunan dan loyalitas yang tinggi. Di samping itu dapat juga memanfaatkan berbagai media online seperti kompasiana dalam menyalurkan bakat dan berlatih menulis apabila tulisannya ditolak media cetak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H