Memaknai Kebahagiaan dalam Pekerjaan
Izinkan dalam tulisan ini saya bercerita tentang pengalaman pekerjaan saya sebagai perantara, atau yang menjembatani kebahagiaan antara seseorang atau sekelompok orang dengan sekelompok lainnya.
Pekerjaan apakah yang dimaksud?
Lebih dari 10 tahun saya menjadi salah satu guru sekaligus pengurus, juga perintis sekolah gratis bagi siswa kurang mampu. Mulanya sekolah itu mendirikan PAUD, lalu SMP dan kemudian SMA. Semuanya gratis sampai lulus. Syarat menjadi siswa di sekolah kami cuma dua: 1. Berasal dari keluarga tidak mampu; 2. Punya kemauan belajar.
Awal Mula Mendirikan Sekolah Gratis
Mulanya sekolah tersebut adalah sanggar belajar gratis yang menyediakan pendidikan ilmu komputer (terutama Microsoft word) dengan program unggulan mengetik sepuluh jari. Selain pembelajaran komputer, ada taman bacaan.
Selain kedua program itu, ada satu program lagi yaitu menyediakan beasiswa bagi siswa tidak mampu yang sedang menempuh pendidikan menengah.
Kegiatan ini berlangsung lumayan lama, kurang lebih tiga tahun, sehingga akhirnya pada sekitar tahun 2004 atau 2005, didirikanlah PAUD. Lalu tahun 2006 SMP berdiri. Dengan berdirinya SMP dan PAUD ini, sanggar belajar dan program beasiswa diberhentikan, atau lebih tepatnya dialihkan ke pendidikan PAUD dan SMP.
Kenapa Sekolah Gratis ini Bisa Berdiri?
Mulanya karena teman kami, lebih tepatnya senior saya di kampus, jatuh cinta kepada desa tempat ia KKN. Yaitu Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor. Selepas KKN ia kembali ke Desa dan menetap di sana lalu mendirikan sanggar, SMP dan SMA, seperti yang saya deskripsikan di atas secara singkat.
Alasan utamanya mendirikan sekolah gratis tersebut adalah karena waktu itu di desa tersebut belum ada PAUD, apalagi SMP dan SMA. Hanya ada satu SD negeri, dan satu madrasah ibtidaiyah swasta.