Lihat ke Halaman Asli

Oman Salman

Guru SD. Surel: salmannewbaru@gmail.com

Mewujudkan Kebahagiaan dengan Spirit Berbagi walaupun dengan Perbuatan Sederhana

Diperbarui: 8 Desember 2020   16:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: lifestyle.kompas.com

Hidup bahagia adalah harapan kita semua. Rasanya tak seorang pun yang tak mengharapkan kebahagiaan dalam hidupnya. Siapa pun, di mana pun dan kapan pun, kita semua menginginkan kebahagiaan dalam hidup ini. Plus, setelah kehidupan ini, kita menginginkan kebahagiaan di alam akhirat.

Definisi Bahagia dan Memaknai Kebahagiaan

Bahagia dalam kamus besar bahasa Indonesia memiliki arti "keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari segala hal yang menyusahkan)." Pengertian ini sangat ideal sekali. Meskipun dalam kehidupan sehari-hari tentu kita terkadang atau bahkan sering menemukan sesuatu yang bertentangan dengan kondisi ideal tersebut.

Pengertian bahagia yang dituangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia tersebut sepertinya memang mewakili rasa bahagia yang didambakan oleh setiap orang. Pastinya, siapa yang tidak mau senang, tenteram, dan terbebas dari segala hal yang menyusahkan dalam kehidupan ini? Merdeka sekali kita dengan kondisi seperti ini.

Namun pertanyaannya, apakah kebahagiaan kita terhenti pada keadaan di mana apa yang kita inginkan selalu tercapai, dan kehidupan yang tenteram, adem, senantiasa mengiringi kita? Sepintas mungkin iya, namun sebagai manusia yang dianugerahi oleh Tuhan sebagai makhluk paling sempurna, dengan akal dan hati sebagai pembedanya, rasanya terlalu sederhana jika kebahagiaan dihayati sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan tercapainya keinginan-keinginan kita semata.

Hemat saya, kebahagiaan dapat pula kita maknai dengan kondisi di mana kita dapat memberikan sesuatu yang berguna bagi kehidupan di sekitar kita. Baik itu dalam kehidupan keluarga, pekerjaan, dan sosial kemasyarakatan.

Alasannya sederhana, kita hadir ke dunia ini, tak lain dan tak bukan karena pemberian dan anugerah dari Yang Maha Kuasa. Dengan belas-kasih-Nya, kita mendapatkan kehidupan yang tiada duanya di dunia ini.

Selain itu, apa yang kita raih saat ini, jabatan, uang, sanjungan, dan sebagainya, selain dari belas kasih Tuhan Yang Maha Kuasa, juga karena ada peran dan kontribusi dari orang-orang di sekitar kita. Baik itu keluarga, teman, dan orang yang tidak kita kenal sekalipun. Juga berkat alam yang kita naungi.

Berdasarkan hal ini, tidak berlebihan jika kebahagiaan sebenarnya adalah ketika kita dapat memberikan sesuatu yang berguna bagi orang lain.

Misalnya, walaupun sepele, ada rasa bahagia yang saya rasakan ketika membuang paku atau benda berbahaya lainnya di jalan. Sebaliknya, jika saya melihatnya (benda berbahaya tersebut) di jalan dan saya tidak memindahkannya ke tempat aman, ada rasa gelisah (tidak tenang, tidak bahagia) sehingga saya merasa perlu untuk kembali dan memindahkannya.

Pernah suatu ketika di gang tempat tinggal saya, ada tumpukan kayu bekas di saluran air pinggir jalan gang. Tumpukan kayu itu sepertinya sengaja ditaruh sebagai alas agar mobil dapat melalui selokan kecil itu ketika parkir ke depan rumahnya dari gang itu. Maklum, waktu itu musim mudik lebaran (sebelum pandemi Xovid-19).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline