Lihat ke Halaman Asli

Ahman Sarman

Penikmat Aksara dan Penyelam Makna

Program Indonesia Pintar

Diperbarui: 1 Juli 2022   08:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Program Indonesia Pintar (PIP) menjadi program pemerintah yang sangat diimpikan sebagian besar masyarakat Indonesia. Terutama mereka yang sedang mengenyam bangku sekolah. Sebab PIP berbentuk bantuan. Lebih tepatnya berbentuk beasiswa.

Beasiswa PIP sasarannya untuk peserta didik dari keluarga tidak mampu, keluarga miskin, yatim piatu, dan peserta didik berprestasi. Setiap jenjang pendidikan besarannya berbeda. 

Seingat saya: Peserta didik kelas 7 SMP menerima Rp. 375.000.-, kelas 8 Rp. 750.000.-, kelas 9 semester 1 Rp. 750.000.-, kelas 9 semester 2 Rp. 375.000.-. Konon sisanya akan diterima lagi di jenjang berikutnya. Kalau sekolah mengusulkan lagi. 

Jadi, peserta didik dapat memperoleh beasiswa PIP kalau sekolah mengusulkan. Aman bagi mereka yang punya kartu PIP, atau anak yatim piatu. Namun tidak aman bagi yang tidak memiliki kartu PIP. Makanya harus diusulan sekolah, dengan alasan penghasilan orang tua di bawah rata-rata.

Ada orang tua peserta didik yang protes. Selama anaknya bersekolah belum pernah dapat beasiswa PIP. Padahal ia dari keluarga kurang mampu, juga anaknya pintar. Maka saya pun bisa memberikan alasan masuk akal: Pihak sekolah berkewajiban mengajukan permohonan beasiswa PIP bagi peserta didik yang memenuhi syarat. Penentuannya Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI. Pendek kalimat: sekolah mengajukan, kementerian yang menentukan. 

Saya pun salut pada program KIP Kuliah (KIP-K). Di zaman saya kuliah dulu tidak ada beasiswa S1 sebesar KIP-K seperti sekarang ini. KIP-K dalam bentuk SPP gratis, dikasih biaya hidup lagi. Yang penting memenuhi syarat. Syaratnya sama dengan beasiswa KIP pada jenjang sekolah sebelumnya. 

Mahasiswa dari jalur KIP-K tinggal tau kuliah. Semestinya mereka adalah generasi yang lebih hebat, cerdas, matang dalam segala hal. Sebab tak perlu lagi pusing memenuhi keuangan kuliah. Mereka tak akan merasakan bagaimana kuliah sambil kerja. Tak akan merasakan kuliah sambil lapar. Setidaknya tidak merasakan dalam waktu yang lama.

Zaman telah berbeda. Salut buat pemerintah. Mampu mencetak sarjana yang kuliah atas beasiswa. Semoga mereka mendapat pekerjaan yang layak, juga mudah dicari.

Penulis: Ahman Sarman (Kepala SMP Negeri 12 Wonosari, Kabupaten Boalemo, Gorontalo)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline