Lihat ke Halaman Asli

Haryo Aji Nugroho

Dunia berubah oleh pikiran tak biasa

Tak Perlu Tunggu Hari Ibu untuk Macho

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Lelaki tangguh bukanlah yang berhias otot, sangar, dan bersiap tengkar. Lelaki tangguh adalah yang hanya mempersembahkan cerita indah buat bundanya dan menelan sendiri cerita sedih-sulit hidupnya. Itu cemen. Cemen bukan lelaki: para dewasa yang gemar mengurai kesulitan hidup dalam pangkuan bunda, yang meratap bantuan bunda, yang memohon doa keringanan bunda, yang merengek bantuan bunda untuk memikat wanita idaman, tambahan uang saku buat keluarga, yang "mempekerjakan" bunda laksana babysitter, yang tumpahkan tetek bengek kerumitan hidup dalam sajian air mata, yang terus ngikut ngekor dibalik kesuksesan ibu kemanapun pergi. Cemen bukan lelaki apalagi lelaki tangguh. Mereka para lelaki dewasa yang masih sembunyi di ketiak bunda sepanjang hidup. Lelaki begini biasa oportunis, rentan lari dari masalah, cenderung sulit dipegang tanggungjawabnya, dan mendekati ulah "mistik" apalagi pelet.

Lelaki tangguh bukanlah yang berhias otot, sangar, dan bersiap tengkar. Lelaki tangguh adalah yang hanya mempersembahkan cerita indah buat bundanya dan menelan sendiri cerita lara-nestapa hidupnya. Itu macho. Macho adalah lelaki: para dewasa yang gemar menghibur bundanya, menghapus lara air mata bundanya, yang hanya menyajikan cerita bahagia buat bundanya, yang tengah mati-matian berupaya agar bundanya hanya mendengar kisah indah dan keberhasilan di sisa hidupnya. Mereka yang membuat bunda merasa berhasil dalam hidup. Lelaki begini biasa hidup tak lama tapi hidup penuh arti.

Mohon maaf buat yang selama ini merasa telah macho.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline