Lihat ke Halaman Asli

Haryo Aji Nugroho

Dunia berubah oleh pikiran tak biasa

Budaya Bebal

Diperbarui: 18 Juni 2015   08:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ngobrolin rusuh SARA dan konflik black-campign yang tak berujung akhirnya terpahat sebuah tanya, "...iya, dimana-mana urusannya koq konflik. Lha terus orang Indonesia ini harus bagaimana om Aji?" Susah dijawab tapi ilustrasi ini mungkin membantu. Bila ada lomba berada di seperahu bocor di tengah laut orang Indonesia adalah yang pertama karam. Karam bukan karena tenggelam perahu bocor. Melainkan tenggelam karena rame-rame tercebut laut dan ditinggal perahu bocor. Mengapa demikian? Pertama, orang Indonesia orang yang mudah lupa sejarah jadi lupa perahu mereka bocor walau berulang ada pengumuman perahu bocor. Kedua, orang Indonesia ngga betah lihat perbedaan hingga sibuk menyeragam-nyeragamkan walah tahu akan berakhir konflik. Ketiga, orang Indonesia cenderung meruntuhkan keberhasilan-monumental yang susah payah dibangun-didapat demi mengusir sekedar perbedaan. Keempat, orang Indonesia lebih suka beri perintah dari pada berbuat; kasih perintah rukun tanpa berupaya nyata rukun. Kelima, orang Indonesia memiliki mekanisme adaptasi "mengenang masa lalu sebelum tenggelam". Bila dorong-dorongan di atas perahu bocor berlanjut berujung terlanjur rame-rame tercebur laut maka sederhana yang diucap, "Piye kabare, enak jamanku To?"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline