Lihat ke Halaman Asli

[Parodi] Penyakit Kronis Menimpa Pejabat Kita

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Bersepeda keliling kampung, ditemani udara yang segar, terasa nikmat.  Angin sepoi sepoi yang membawa aroma rerumputan yang basah bekas diguyur hujan, menambah romantis suasana sore itu. Sepeda 'onthel' tua (mungkin lebih tua dari punya Pak Bain yang tinggal di 'Poentjak Goenoeng') yang dipakai Paijo, merupakan barang warisan dari kakeknya.

Satu setengah tahun tinggal di Ibukota, ternyata tidak mengurangi kegesitannya dalam mengemudikan sepeda. Jalan tanah yang dikala panas penuh debu, sore ini berubah licin akibat hujan. Namun dengan keahliannya, Paijo sampai juga di tanah lapang dekat balai desa.

Panggung ukuran sedang tampak berdiri di sisi kiri lapangan. Rencananya beberapa hari lagi akan diadakan pertunjukan kesenian dan pagelaran wayang semalam suntuk dalam rangka menyambut pergantian tahun.

Melihat panggung itu, pikiran Paijo melayang jauh kebelakang. Kira kira 2 tahun yang lalu, disana juga berdiri panggung seperti saat ini. Dengan diiringi musik dangdut, beberapa orang pria tampak bergantian berpidato dan meneriakkan yel yel yang disambut penduduk dengan teriakan yang sama.

Selama 2 minggu, hampir setiap hari ada kejadian serupa. "Orang orang kota" silih berganti berdatangan ke desa ini untuk berpidato, berjanji akan membangun desa, memperbaiki jalan, membangun irigasi dan lain lain. Penduduk tampak bahagia karena di setiap kedatangannya "orang kota" tersebut selalu memberikan bantuan berupa KAOS bergambar, beras, cangkul untuk petani dan bahkan buku untuk anak anak yang masih sekolah.


Tes..!!!, setetes air dari ujung daun, jatuh menimpa kepala Paijo. Secara refleks matanya memandang berkeliling. Jalan kampungnya masih seperti dulu. Irigasi yang pernah di janjikan, belum kelihatan wujudnya. Gedung sekolah malah tampak semakin tua.

"Ah, mungkin mereka lupa dengan janji janjinya" pikir Paijo.

Sekarang dia mulai mengerti, apa yang dikatakan Paidi sahabat akrabnya di kampus.


"Jo, sebagian besar pejabat negara kita ini, sedang sakit. Makanya wajar kinerja mereka sangat mengecewakan. Namanya juga lagi sakit, ya nggak...?" Kata Paidi suatu hari.

"Maksudmu sakit gimana Di...?, kelihatan mereka sehat sehat aja tuh,  apalagi kalau lagi tampil di TV, wajah mereka segar semua"  bantah Paijo.

"Penyakit mereka memang tidak kelihatan Jo, karena mereka cuma terserang AMNESIA, kalau bahasa umumnya 'Penyakit Lupa'. Kalau mau lengkapnya kamu bisa lihat di sini. Nah karena penyakit itu meraka jadi lupa semuanya.

Lupa dengan Janji Janji saat Kampanye dulu.
Lupa kalau mereka itu Pelayan Publik/Wakil Rakyat.
Lupa dengan Sumpah Jabatan.
Lupa kalau Mereka tidak Boleh Korupsi.
Lupa kalau Perbuatan Mereka harus Dipertanggung Jawabkan di Akhirat.
Dan masih banyak lagi yang mereka lupakan Jo."
Kumandang suara adzan Maghrib membuyarkan lamunan Paijo. Bergegas dia pulang, karena khawatir juga bersepada dijalanan licin dalam suasana remang remang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline