Lihat ke Halaman Asli

Work Hard? Sudah Kuno... Work Smart? Nah Ini Baru Keren!

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1431318931513522541

(Om-G: Seri Ergonomi Terapan, Produktivitas, 6 Mei 2015, 4)

Banyak orang berpandangan bahwa untuk sukses kita harus bekerja keras. Misalnya kalau pekerjaan kita adalah macul, maka ayunkanlah pacul dengan lebih kuat dan bekerjalah lebih lama, maka pekerjaan kita menjadi lebih cepat selesai atau luasan sawah yang kita pacul menjadi lebih luas, dan akhirnya panen kita lebih banyak. Tapi, anggapan itu agaknya sudah harus dianggap kuno, sekarang mah nggak gitu lagi: Kita harus cerdas dalam bekerja sehingga dengan waktu yang lebih sedikit, kita mendapat hasil yang lebih banyak.

Bagaimana caranya? Sebelum bekerja, kita harus memikirkan efektivitas dan efisiensi.

Misalnya para pelajar dan mahasiswa lebih baik mempelajari ulang materi pelajaran segera setelah materi tersebut diberikan, misalnya pada sore/malam hari belajar materi yang diberikan pada pagi harinya. Bila hal ini dilakukan seminggu setelah materi diberikan, maka akan memerlukan waktu 3 sampai 4 kali lipat, padahal materi pelajaran bertambah terus. Bayangkan kalau acara belajar ini ditunda-tunda terus berbulan-bulan sampai saat UTS dan atau UAS, maka waktu yang diperlukan akan lebih panjang lagi; atau karena waktu yang terbatas, maka pencapaian hasilnyalah yang terkorbankan...

So, mendingan work smart dengan belajar lebih awal dengan waktu yang lebih sedikit tetapi mendapatkan hasil yang baik daripada work hard (tetapi tidak smart) dengan belajar ditunda-tunda yang akhirnya memerlukan waktu belajar yang lebih lama (sampai-sampai kurang tidur...) tetapi dengan pencapaian hasil yang tidak memuaskan...

Untuk para pekerja, bekerjalah dengan smart. Carilah cara agar pekerjaan dapat dilakukan dengan lebih mudah, lebih cepat, dengan tingkat kesalahan dan product defect yang lebih kecil, tidak terlalu melelahkan, lebih aman dari risiko kecelakaan dan dari penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan, dll.

Bagaimana caranya untuk itu teh, atuh? Hehe, mohon mangap, Om-G mah tahunya cuma cara-cara berdasarkan prinsip keilmuan “Rekayasa Sistem Kerja dan Ergonomi” [nama keilmuan ini sama dengan nama lab tempat Om-G bekerja sehari-hari. Jangan kuatir, keilmuan ini bukan ilmu yang “ngawang-ngawang di atas awan”; Om-G sendiri rasanya sudah “ke luar–masuk” lebih dari 50 perusahaan dengan jenis yang beragam: pabrik manufaktur, pemboran dan refinery minyak dan gas, pertambangan, perkantoran, bank, terminal bis, pelabuhan laut, bandara, perusahaan penerbangan, industri tekstil, industri kecil (tahu, tempe, sepatu,...), dll.]. Intinya adalah bahwa kita harus memperhatikan kesesuaian dimensional antara tubuh para pekerja dan mesin-peralatan yang mereka pergunakan, waktu kerja-istirahat yang baik, kesesuaian antara asupan dan keluaran energi, beban fisik dan mental, lingkungan kerja (temperatur ruang kerja, kebisingan, pencahayaan, getaran, ...) yang “enak”, yang kesemuanya itu membuat para pekerja dapat segar sepanjang waktu kerjanya sehingga melaksanakan tugasnya dengan lebih cepat, dengan kesalahan/product defect yang lebih kecil, dengan kualitas kerja yang baik...].

Rinciannya insya Allah akan Om-G tulis secara bertahap; habis yang ada di kepala Om-G mah banyak, tapi waktu mau ditulis kok ya nggak mudah-mudah amat dan juga memerlukan waktu yang tidak sedikit...

Nih dikasih satu “contoh nyata” deh:

(Foto ini Om-G sendiri yang motret, tp sudah “dihilangkan identitasnya” spy tdk ada yg protes...)

[caption id="attachment_365401" align="aligncenter" width="300" caption="dok. pri"][/caption]

Kebayang nggak tuh, bagaimana susahnya waktu si operator mau membuka atau menutup valve? Juga dia berisiko kena MSDs (musculo skeletal disorders). Sudah gitu dia juga harus takut-takut jatuh (pada potret ini dia berada di “lantai” dua, tapi kasus yang sama juga terjadi di “lantai” yang lain). Trus, dijamin nggak bahwa valve yang harus ditutup, misalnya, sudah tertutup rapat 100%?(Untuk diketahui, postur kerja yang aneh-aneh begini pun akan berpengaruh pada tenaga yang bisa dikerahkan oleh si operator). Bagaimana kalau ini adalah pipa gas yang untuk sementara harus ditutup karena di bagian hilirnya akan ada pekerjaan pengelasan,lalu karena posisi kerja yang sulit, maka valvenya hanya 95% tertutup? Bisa meledak dong...

Bagaimana mengatasinya? Ya mudah sekali: pindahkan saja valve nya ke sisi yang dekat, atau beri platformsehingga pekerja bisa mendekati valve tersebut, jadi mudah deh... Mahal nggak sih, upaya perbaikan ini? Ya nggak lah, apalagi kalau dibandingkan dengan risikonya...

Sekian dulu dari Om-G ya, à bien tôt.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline