(Om-G: Seri Ergonomi Terapan, K3, 4 Mei 2015, 1)
Di luar negeri, sebuah peristiwa kecelakaan yang besar kadang diikuti oleh mundurnya seorang pejabat tinggi. Lha, apa hubungannya? Apalagi bila kecelakaan tersebut disebabkan oleh human error. Jelas sudah: human error = pengemudi atau operator yang bersalah. Titik. Habis bagaimana lagi? Lalu kenapa judul tulisan ini seperti di atas?
Dalam sebuah peristiwa kecelakaan, human error sering dituduh sebagai penyebab, selain aspek teknis atau faktor cuaca. Dan berkenaan dengan human error, maka sesuai namanya (yaitu “kesalahan manusia”), sering sekali kesalahannya ditimpakan seluruhnya kepada sang operator. Misalnya dalam sebuah kecelakaan bis umum di mana disebutkan bahwa penyebabnya adalah sopir yang mengantuk, persoalan dianggap selesai manakala si sopir dihukum karena dituding sebagai penyebab (satu-satunya) dari kecelakaan tersebut.
Masalahnya adalah bahwa kecelakaan sering berulang, dengan penyebab yang serupa, tetapi jarang dilakukan penyelidikan yang lebih mendalam. Padahal di beberapa negara lain, sebuah peristiwa kecelakaan kadang membuat seorang pejabat (tinggi) sampai mengundurkan diri, mungkin sebagai bentuk manifestasi tanggungjawab dia. Lalu, apa hubungannya antara human error yang dilakukan oleh operator dengan tanggungjawab si pejabat?
Human error memang kesalahan manusia, tapi tahukah para pembaca bahwa ada bermacam-macam jenis human error? Ini dia:
1.Pure human error. Nah pada kasus ini “dosa”nya memang ada pada si operatornya; misalnya karena dia teledor, tidak peduli pada keselamatan (diri dan orang lain). Termasuk juga dalam hal ini adalah bila ada seorang pengemudi (dengan moda transportasi apapun) yang begadang semalaman padahal besoknya dia bertugas.
2.Design-induced error. Di sini rancangan pada sistem kerjanya mendorong si operator untuk melakukan kesalahan. Misalnya “ruang kaki” pada kabin pengemudi yang tidak nyaman akan membuat sang sopir menjadi cepat lelah dan berkurang konsentrasinya. Pada keadaan seperti ini si sopir lebih mudah melakukan kesalahan yang bisa berujung pada terjadinya kecelakaan.
3.Physical-environment-induced error. Kondisi lingkungan fisik tertentu pun (misalnya kondisi yang bising, panas dan bergetar) bisa membuat kita cepat lelah, dan seperti pada butir 2 di atas, keadaan seperti ini membuat kita lebih mudah melakukan kesalahan yang “menghasilkan” kecelakaan.
4.Nonphysical-environment-induced error. Suatu keadaan dapat mendorong kita melakukan kesalahan yang biasanya tidak berani kita lakukan. Misalnya pada saat lalu lintas padat, kita jadi berani mengambil jalan dengan melawan arus karena orang-orang lain pun banyak yang melakukan hal yang sama.
5.System-induced error. Misalnya seorang pengemudi bis antar kota mengetahui bahwa ban kendaraannya sudah aus dan perlu diganti, lalu dia memintanya pada perusahaan dan dijawab “Nanti saja deh, bulan depan...”. Bila kemudian terjadi kecelakaan karena bannya meletus, sistem-nya inilah yang mestinya bertanggungjawab atas kecelakaan yang terjadi. Contoh lain: kadang terjadi bahwa seorang operator (misalnya pengemudi) yang sudah bertugas di satu shift kemudian langsung ditugasi lagi oleh perusahaan misalnya karena orang yang seharusnya bertugas sedang berhalangan atau sakit . Sangat manusiawi bila kemudian sang sopir lelah dan mengantuk, yang mendorong untuk terjadinya sebuah peristiwa kecelakaan. Dan siapa yang bertanggungjawab atas baik-buruknya sistem? Ya pimpinannya lah...
Dalam prakteknya, memang seringkali terjadi kombinasi dari beberapa jenis human error secara bersamaan, sehingga “untuk mudahnya”, sering diambil kesimpulan bahwa sang operatorlah yang menjadi penyebabnya (dan sering dianggap sebagai penyebab tunggal karena aspek lain tidak diselidiki...).
Sebagai catatan, pada dasarnya kelima jenis human error tadi sebetulnya masih bisa dikendalikan kok... Bagaimana caranya? Nanti deh Om G akan menulis tentang penanggulangan masalah human error ini, juga tentang “Sistem 6E-1M” untuk meningkatkan efektivitas implementasinya.
Nah, setuju nggak, bahwa pun dalam keadaan bahwa human error jelas-jelas merupakan penyebab suatu kecelakaan, dia tidak selalu melulu kesalahan si operator?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H