Lihat ke Halaman Asli

Kurangnya Mental untuk Hidup

Diperbarui: 15 Juni 2017   09:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Mengapa aku terlahir sebagai gadis yang berbeda dari teman sebaya, aku selalu dilanda ketakutan dan kegelisahan wajahku datar dan tidak dapat berekspresi seperti seorang yang tidak peduli terhadap keadaan. Selama ini aku kesepian selalu mengurung diri dan terkurung dengan sifatku, aku sudah lelah aku hanya hidup dengan berkhayal dan berkhayal dengan khayalan indah tanpa berusaha karena hanya itu yang  dapat membuatku bahagia. 

Yang dapat aku lakukan hanya menyusahkan orang tua sebenarnya aku tidak ingin terus menerus menyusahkan mereka aku berfikir bahwa aku tidak berguna untuk mereka aku sadar manusia sepertiku tidak dapat hidup seorang diri, tetapi sukar untuk mendapatkan seorang teman, aku tidak dapat melakukan apa yang mereka lakukan mereka dapat berteman sedangkan aku tidak, mereka dapat bersosialisasi sedangkan aku sukar dalam melakukan kontak sosial, mereka pernah menjatuhkan dan membuat aku sebagai bahan guyonan di sekolah.

Apakah aku gila atau keterbelakangan mental mengapa hidup ini terlalu sulit untuk aku jalani, orangtuaku sering memarahiku gara-gara sifat ini mereka tidak tahu apa-apa yang menyebabkan aku seperti ini, apakah ini penyakit?. Aku terlahir dalam keluarga yang sederhana mungkin aku harus bersyukur karena masih bisa makan & membeli barang yang dibutuhkan. Orangtuaku tidak pernah tau apa isi hati aku & apa yang terjadi dengan kehidupanku, aku merasa tertekan ketika berada di lingkungan sekolah, mengapa harus ada sekolah untukku sedangkan aku tidak dapat menjalin pertemanan dan sesuatu yang aku kerjakan selalu sendirian. 

Sampai saat ini aku terus memendam sesuatu yang aku inginkan aku tidak dapat berbuat apa-apa yang aku lakukan hanya berdoa dan pasrah walaupun masih berharap karena terus menerus memikirkannya membuat kepalaku sakit dan akan membuatku gila, aku tidak dapat mengatakan isi hatiku karena aku mengerti dengan keadaan orangtuaku. Bahkan guru di sekolahku menyebut aku seorang autis, Autis atau Asperger aku tidak tahu karena aku belum pernah mendiagnosisnya. 

Aku ingin hidup dengan duniaku aku ingin menyalurkan hobiku, namun tidak ada hal yang mendukungnya. Apakah aku satu-satunya remaja yang penuh dengan harapan dan khayalan? Mungkin bukan aku satu-satunya remaja yang penuh dengan keinginan, tetapi aku ingin mewujudkan harapanku, aku ingin membuat khayalanku menjadi nyata, walaupun tidak dengan waktu dekat. Keinginan aku hanya sederhana namun segalanya akan sulit tanpa adanya upaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline