Perundungan di kalangan pelajar telah menjadi isu yang semakin mengkhawatirkan. Berbagai penelitian dan laporan media menunjukkan bahwa perundungan tidak hanya merupakan masalah sosial di sekolah, tetapi juga memiliki dampak serius terhadap kesejahteraan mental dan emosional para korban. Namun, apakah mungkin saat ini ada sebuah sekolah yang sepenuhnya bebas dari perundungan?
Memahami Perundungan di Sekolah
Perundungan atau bullying adalah perilaku yang melibatkan tindakan agresif, repetitif, dan tidak adil terhadap seseorang yang lebih lemah atau rentan. Bentuk perundungan bisa bermacam-macam, mulai dari pelecehan verbal, fisik, hingga perundungan secara online (cyberbullying). Tindakan ini dapat berdampak buruk pada korban, termasuk menurunkan rasa percaya diri, mengganggu konsentrasi belajar, dan bahkan menyebabkan depresi atau pikiran untuk bunuh diri.
Maraknya perundungan yang terjadi di lingkungan sekolah bahkan hingga menimbulkan korban jiwa berbagai upaya tengah dilakukan oleh berbagai pihak untuk meminimalisir terjadinya perundungan. Namun, meskipun upaya tersebut dapat mengurangi insiden perundungan, tidak mudah untuk sepenuhnya menghilangkan fenomena ini.
Beberapa alasan di balik ketidakmungkinan untuk menciptakan sekolah yang sepenuhnya bebas dari perundungan
1. Perbedaan Budaya dan Konteks Sosial
Setiap sekolah memiliki budaya dan dinamika sosial yang unik. Faktor-faktor seperti norma sosial, struktur kekuasaan, dan tingkat kesadaran akan pentingnya menghormati perbedaan individu dapat memengaruhi sejauh mana perundungan terjadi dan seberapa efektif upaya pencegahannya.
2. Keterbatasan Pengawasan
Meskipun sekolah memiliki peraturan menganai perilaku siswa, pengawasan staf terhadap aktivitas di luar jam pelajaran mungkin terbatas. Perundungan seringkali terjadi di luar ruang kelas, seperti di lorong, kantin, atau di lingkungan online, di mana sulit bagi guru maupun staf sekolah untuk secara efektif mengintervensi atau mencegahnya.
3. Peran Media Sosial