Melihat kehidupan di tengah-tengah masyarakat, sikap mengendalikan amarah sangat diperlukan. Sebab amarah merupakan penyabab malapetaka dalam kehidupan. Orang sangat mudah sekali marah hanya karena masalah-masalah yang sepele saja dan orang tidak dapat menahan emosinya.
Seperti dalam kitab Bhagawad Gita XVI sloka 21 dijelaskan bahwa, tri vidham narakasyedam dvaran nasanam atmanah, kamah krodhas tatha lobhas, tasmad etat trayam tyajet. Yang artinya ada tiga pintu gerbang menuju neraka (jurang kehancuran diri) yaitu Kama (hawa nafsu), Krodha (kemarahan) dan Lobha (sifat rakus), oleh karena itu ketiganya harus ditinggalkan.
Dari penjelasan kitab Bhagawad Gita XVI sloka 21 terdapat peringatan terhadap manusia bahwa pintu menuju neraka terbuka lebar. Ada tiga unsur yang bisa membawa orang menuju ke pintu gerbang neraka, yaitu: Pertama, Kama atau hawa nafsu, hawa nafsu itu bukanlah musuh yang mudah dikalahkan. Hawa nafsu itu selalu ada dan tetap menjadi ancaman bagi siapa pun jika tidak dapat dikendalikan. Kedua, Krodha atau kemarahan, manusia dibekali sifat marah, namun marah yang berlebihan harus dihindari. Marah adalah reaksi terhadap sesuatu yang sesungguhnya kita tidak menginginkannya. Sifat marah merugikan diri sendiri baik dari segi biologis, emosional, sosial, spiritual dan kesehatan. Marah harus ditakar dengan melihat situasi dan kondisi serta mempertimbangkan kepada siapa marah itu diberikan. Orang yang tidak bisa mengendalikan amarahnya akan menyebabkan kerugian pada diri sendiri maupun orang lain. Ketiga, Lobha atau sifat rakus, sifat ini merupakan sifat yang negatif yang dapat merugikan orang lain dan dapat menyebabkan seseorang terdorong untuk melakukan kejahatan karena merasa tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya.
Di samping unsur Kama, Krodha dan Lobha yang merupakan unsur yang dapat membawa orang menuju pintu neraka, jika kita melihat inti sari dari kitab suci Weda, yakni Sad Ripu, enam musuh yang terdapat di dalam diri manusia. Ketiga unsur dalam Bhagawad Gita itu termasuk kedalam Sad Ripu dan ditambah unsur yang lain yaitu, Moha, Mada dan Matsarya.
Moha berarti kebingungan yang dapat menyebabkan pikiran menjadi gelap sehingga seseorang tidak dapat berfikir secara jernih. Hal ini akan menyebabkan orang tersebut tidak mampu membedakan mana yang baik dan buruk. Mada berarti mabuk. Orang mabuk, pikiran tidak berfungsi secara baik. Akibatnya timbulah sifat-sifat angkuh, sombong, takabur dan mengucapkan kata-kata yang menyakitkan hati orang lain. Dan yang terkahir Matsarya berarti dengki atau iri hati. Hal ini akan menyiksa diri sendiri dan dapat merugikan orang lain.
Unsur-unsur tersebut sebenarnya sudah dimiliki manusia sejak lahir. Sebelum bayi belajar bicara, emosi seperti gembira, takut, malu, heran dan marah sudah ada dalam dirinya. Sad Ripu dapat dipakai sebagai tuntunan bagaimana harus berbuat kebajikan, agar terhindar dari gerbang neraka atau gerbang kehancuran. (IKS/Cen)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H