Terinjak-injaknya harga diri bahkan memperjuangkan hak saja tak kau beri kesempatan.
Mencoba bercerita denganmu mengatakan apa yang ku rasa.
Namun kau terlalu picik.
Gunakan kata-kataku untuk mendesakku,
menjebakku seakan aku ini buronan tahananmu.
Kau selalu mengancamku, membuatku ketakutan,membelengguku seperti setan haus darah.
Kata-katamu selalu ku ingat setiap malam.
Akan ku ukir dengan pisau tajam di kepalaku.
Hingga tak akan ku lupa semua sakit hati ini,
seperti darah yang mengalir dalam nadiku.
Teruslah membuatku merasa bersalah.
Ya.. Aku memang akan merasa bersalah dan terlarut dalam kesedihan yang panjang.
Tapi teruslah demikian.
Hingga aku menjadi terlalu kuat.
Tak akan ku pedulikan lagi semua rasa bersalah ini.
Aku akan berpura-pura bersalah dan hancur di hadapanmu.
Agar kau puas dan bahagia.
Tapi tanpa kau sadari..
Dibelakangmu aku akan bangkit lebih dari pada yang engkau bayangkan.
Dan aku akan melihat engkau berbalik di sudut kegelapan.
Menangis seorang diri dan terlihat lebih hina dari pada yang ku alami.
Tak akan pernah ku lepaskan kau dari penderitaan yang baru saja kau cicipi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H