Lihat ke Halaman Asli

Puisi Tiap Pagi

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pagi dingin menembus tulangku.
Ingin tetap hangat dalam belenggu selimut.
Seakan ingin melanjutkan cerita dalam mimpi.
Tertidur kembali hingga lupa waktu.

Matahari ingatkanku akan malam yang telah berganti.
Ku bangun dan menyikat gigi.
Melihat betapa putihnya gigi ini.
Semoga putihnya seputih hatiku.

Aku selalu takut melihat waktu.
Tepatnya pukul 6.15 am ku belum selesai.
Sampai tak sempat memperhatikan wajahku yang mungkin berubah dari waktu ke waktu.
Sungguh....

Nyaris setiap hari kulakukan hal itu.
Hal yang membuatku setiap harinya berlari mengejar sang waktu.
1 menit yang berharga..
Aku sangat bersahabat dengan 6.27 dan sangat membenci 6.31

Teeeeetttt.....
Ya...
Di situlah akhir dari perjuanganku.
Apakah aku keluar sebagai pemenang atau sebagai pecundang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline