Lihat ke Halaman Asli

AS Ikut-ikutan di Pilgub Jakarta, Zhōng Wànxué (Ahok) Melawan

Diperbarui: 27 September 2016   10:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

oliviaarmasi.blogspot.co.id

Ada 101 daerah di Indonesia yang ikut dalam perhelatan Pilkada serentak 2017 tapi hanya Pilgub DKI yang menyedot perhatian publik dan menjadi magnet bagi media untuk meliputnya. Bukan karena Ibu Kota, tapi siapa yang ikut serta. Sebelum era Jokowi-Ahok, Pilgub DKI tidak spesial, biasa-biasa saja seperti halnya pilkada di daerah yang lain, tidak ada yang istimewa.

Karena Jokowi, terlebih lagi Ahok yang fenomenal dan kontroversial, Pilgub DKI serasa Pilpres. Karena Ahok, berita Pilgub DKI menjadi sumber pendapatan bagi banyak pihak. Mulai dari para bhoker yang menjadi buzzer lawan Ahok, youtuber, media cetak, media online, media televisi bahkan media warga seperti Kompasiana yang iklan-iklannya memicu nafsu berbelanja. ^_^

---

Sejak DKI menjadi batu loncatan Jokowi, AS pun ikut-ikutan di Pilgub DKI 2017. Menurut desas-desus yang tidak bisa dipertanggungjawabkan bahwa Jakarta akan dikuasai oleh taipan poros Jakarta – Peking dengan gerakan Illucinati semacam Iluminati dan freemanson, maka AS berkepentingan ikut-ikutan.

Menurut saya yang lebih tepat, belajar dari mulusnya Jokowi menjadi orang nomer 1 di Indonesia, AS yang ngiler meniru Jokowi di sini adalah Anis- Sandiaga (AS) dan Agus –Sylviana (AS). Pertanyaannya, agar sukses seperti Jokowi, seberapa besar peluang duo AS memenangkan kontestasi?  

Duo AS memerlukan strategi dan taktik untuk menaikkan popularitas dan elektabilitas mengejar petahana. Sementara waktu yang tersedia hanya empat bulan, sangat singkat untuk melakukan sosialisasi menjangkau seluruh warga Jakarta.

Duo AS adalah pasangan yang tidak dapat menjual rekam jejak, kecuali Sylviana dan Anies yang sempat mencicipi sulitnya memimpin birokrasi. Di Pilgub DKI hal normatif  yang mereka tawarkan seandainya menjadi gubernur “BARU MAU AKAN” melaksanakan visi misi dengan dibumbui jargon santun, manusiawi, religius, humanis, bla bla bla.

Untuk memperbesar peluang mereka dalam kontestasi Pilgub DKI, selain strategi normatif mempopulerkan figur dan programnyanya, cara paling efektif yang paling masuk akal adalah menurunkan elektabilitas petahana. Yaitu dengan cara kampanye hitam dan kampanye negatif menggunakan tak-tik curang lempar batu sembunyi tangan.

Kampanye negatif masih bisa dibenarkan sepanjang menyerang program dan kebijakan petahana. Kampanye hitam adalah strategi yang tidak sehat dan tidak sportif tapi tidak terhindarkan disetiap kontestasi perebutan kekuasaan. Kampanye hitam tidak dilakukan duo AS itu sendiri tapi oleh gerombolan Asal Bukan Ahok yang otomatis akan menjadi pendukung dan simpatisan salah satu dari mereka.

Kampanye negatif menyerang program-program dan visi misi petahana, walaupun masih ada celah tapi sulit dilakukan. Karena Ahok sangat siap melawan dengan argumentasi-argumentasi ilmiah untuk mematahkan serangan. Ahok tidak saja menguasai pada tataran kebijakan makro seperti umumnya gubernur lain, Ahok bahkan sangat detail menguasai hampir semua programnya hingga Standar Operasional Prosedur (SOP).

Isu macet, banjir bukan lagi menjadi isu yang laku untuk menjatuhkan sang petahana, karena masyarakat telah melihat kesungguhan dan kerja nyata Ahok menangani masalah klasik Jakarta.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline