Pilgub DKI 2017 menjadi momentum bagi warga muslim Jakarta yang merasa belum terakomodir kepentingan dan aspirasinya dengan demonstrasi menyatakan sikap penolakan terhadap Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Pada puncaknya mereka melakukan deklarasi Risalah Istiqlal.
Melihat tiga pasang calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta yang telah resmi mendaftar di KPU, dapat disimpulkan pasangan mana yang paling memenuhi syarat dan kriteria sesuai Deklarasi Risalah Istiqlal.
Basuki Tjahaja Purnama – Djarot Saiful Hidayat, pasangan yang paling tidak memenuhi kriteria.
Penolakan terhadap Ahok menurut para deklarator Risalah Istiqlal bukan karena Ahok non muslim, tapi karena kebijakannya. Menggusur warga yang tinggal di kawasan kumuh ilegal kemudian memindahkannya ke rusunawa bersubsidi. Selain itu warga rusunawa berhak mendapatkan transportasi bus gratis, bus sekolah, KJP serta KJS. Kemudian membongkar apartemen, ruko dan bangunan milik pengembang yang menyalahi aturan dan peruntukan, menggusur kawasan prostitusi liar Kalijodo, memalak para taipan pengembang dan pengembang reklamasi untuk membangun infrastruktur DKI.
Dalam orasinya, tokoh-tokoh deklarasi Risalah Istiqlal menyatakan karena kebijakan yang ngawur tersebut, Ahok dikategorikan sebagai gubernur zalim.
Agus Harimurti – Sylviana Murni, pasangan ini juga tidak masuk kriteria. Pertama, keyakinan bahwa perempuan sebagai imam adalah tabu dan dilarang. Kedua, stigma koruptor yang melekat pada mertua Agus Harimurti. Ketiga, SBY dianggap gagal memimpin partai Demokrat karena banyak kader-kadernya yang terjerat kasus korupsi. Bagaimana jika kelak demokrat memimpin DKI? Keempat, Figur Agus Harimurti terang benderang menegaskan hasrat dan ambisi SBY membangun dinasti politik keluarga seperti Ratu Atut. Kepentingan yang mengedapankan kepentingan pribadi diatas kepentingan rakyat sangatlah tidak Islami.
Anies Baswedan – Sandiaga Uno, Pasangan ini yang paling memenuhi syarat dan kriteria deklarasi Risalah Istiqlal.
Pada awalnya, keinginan Sandiaga Uno yang menjadi cawagub adalah Saefullah. Dengan pertimbangan Saefullah adalah Sekda, tokoh Islam, ketua NU DKI Jakarta, ormas Islam terbesar dan asli putra Betawi.
Keinginan Sandiaga ditolak oleh PKS. Walaupun Saefullah adalah tokoh Islam tapi tidak memenuhi kriteria sebagaimana Islam menurut gerakan Islam yang modern. PKS sebagai alat perjuangan politik gerakan Islam kampus, identik dengan kalangan cerdik pandai, intelek dan eksklusif, berbeda dengan ormas NU dan Muhammadiyah yang sebagian besar warganya tidak terdidik, tradisional.
Sebagai pengganti Saefullah munculah nama Anies Baswedan Phd, seorang cendekiawan muslim modern yang sangat populer, istimewa serta fenomenal dan berpengalaman menteri. Anies bukan warga NU dan bukan warga Muhammadiyah. Bahkan Anies memiliki kelebihan bawaan lahir sebagai keturunan Arab yang memiliki nilai lebih dibanding Saefullah yang keturunan Betawi.
Akhirnya, Prabowo pun menyadari bahwa bersama Anies, Sandiaga Uno akan sangat diuntungkan. Maka sudah sewajarnya, walaupun Gerindra memiliki kursi lebih banyak dibanding PKS, dengan tulus ikhlas Anies Baswedan diberi kehormatan menjadi Calon Gubernurnya. Bukan cuma itu saja bahkan untuk urusan logistik serta biaya Pilgub ditanggung seluruhnya oleh Sandiaga Uno.