Lihat ke Halaman Asli

Ahok-Djarot vs Sandy-Saefullah "Fifty-fifty"?

Diperbarui: 14 September 2016   10:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

oliviaarmasi.blogspot.co.id

Menjelang pendaftaran cagub DKI 2017, pasangan calon dan kelompok partai pengusung semakin mengerucut. Sepertinya pasangan calon yang akan mendaftar adalah Ahok-Djarot yang diusung oleh PDIP, Golkar, Hanura, dan Nasdem dan pasangan Sandy-Saefullah yang diusung Gerindra, PKB, PKS, PPP, PAN, kemungkinan ditambah Demokrat.

Sandy konglomerat muda yang santun, religius berpasangan dengan Saefullah. Saefullah adalah figur yang sangat memenuhi kriteria dan memiliki nilai lebih untuk menambal kekurangan Sandiaga Uno. Curriculum Vitae Dr. H. Saefullah, M.Pd. sangat komplit. Saefullah asli Betawi, berlatar belakang guru berpendidikan S3 dan menduduki puncak karir PNS di Pemerintah Provinsi DKI sebagai Sekretaris Daerah. Ditambah lagi kedudukan sebagai ketua Tanfidyah NU DKI Jakarta. Sandy - Saefullah dengan didukung gerombolan Asal Bukan Ahok, merupakan perpaduan pasangan calon yang sangat tidak mudah untuk dikalahkan. Saefullah memiliki daya tarik mendulang suara dari guru, PNS, dan kelompok Islam. Sedangkan dana modal Pilgub bagi pasangan ini bukan merupakan masalah.

Ahok-Djarot perpaduan nasionalis+nasionalis yang mengandalkan rekam jejak prestasi hasil kinerja dan hasil survei terutama survei tingkat kepuasan publik. Dari sisi pasukan pendukung, pasangan Ahok-Djarot mengandalkan relawan Teman Ahok plus 1 juta KTP pendukung Ahok serta jaringan parpol pengusung.

Tapi, militansi pendukung Ahok dari jalur Parpol terutama elite-elitenya masih dipertanyakan. Dalam perjalanan hingga keputusan mengusung Ahok, pro-kontra di masing-masing parpol pengusung Ahok berimbang. Apalagi mengingat saat perseteruan Ahok dengan DPRD hampir semua parpol ingin memakzulkan Ahok. Ahok berkawan baik dengan ketua-ketuanya tapi tidak dengan oknum-oknum elitenya.

Euforia dan semangat dukungan dari independen belakangan agak berkurang. Selain dari kelompok idealis anti parpol dan independen harga mati, penyebab lain adalah terjadinya perseteruan Teman Ahok dengan elite-elite PDIP .

Untuk dukungan modal biaya nyagub pasangan Ahok-Djarot masih belum jelas. Apalagi hampir sebagian besar pengusaha-pengusaha kelas kakap di DKI merasa dirugikan dengan kebijakan-kebijakan Ahok. Apakah relawan Teman Ahok masih memiliki semangat penuh menggalang dana untuk Ahok?

Ahok diuntungkan dengan panggung petahana. Tanpa bemaksud kampanye bisa dikatakan sebagai petahana Ahok melakukan kampanye sepanjang masa. Harapan Ahok melakukan judicial review wajib cuti Pilkada, salah satunya adalah untuk mengurangi secara signifikan beban biaya kampanye yang sangat besar.

Melihat komposisi cagub yang akan bertarung dengan segala kelebihan dan kekurangannya, Pilgub DKI 2017 bakal menjadi ajang pertarungan yang berimbang. Menjadi sangat keras, bukan karena ada perseteruan di antara pasangan calon, akan tetapi pendukung di belakang masing-masing calon. Terutama para musuh Ahok yang merasa benci dan dendam kesumat. Dan mereka akan mendukung lawan Ahok dengan menghalalkan segala cara Asal Bukan Ahok.

Kedua pasangan calon adalah anak-anak terbaik bangsa yang telah menorehkan prestasi di bidangnya masing-masing. Namun, yang perlu diwaspadai warga Jakarta adalah para penumpang gelap di belakangnya.

Gubernur DKI berganti-ganti dan selalu mendapatkan gubernur yang baik. Tapi, menjadi gubernur DKI ternyata tidak cukup hanya orang baik saja. Diperlukan seorang yang bukan saja baik, jujur, dan bersih tapi orang yang berani mengatakan tidak pada rongrongan orang-orang di sekelilingnya.

Semoga warga DKI cerdas memilih.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline