Lihat ke Halaman Asli

Kontra Ahok antara Pendukung Lawan Ahok, Tidak Suka Ahok, dan Pembenci Ahok

Diperbarui: 21 Maret 2016   17:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Demo lawan ahok (lawanahok.org)"][/caption]

Gubernur DKI Jakarta dengan kekuasaan, kewenangan yang begitu besar serta kelebihan-kelebihan status sebagai daerah khusus, tidak disia-siakan oleh Ahok. Walaupun belum sempurna, Ahok bisa dikatakan telah berhasil merevolusi dan menata hampir disetiap lini tugas Pemprov DKI untuk melayani warganya.

Perubahan-perubahan yang sangat mendasar, revolusi ala Ahok mendobrak kenyamanan banyak pihak yang selama ini “ongkang-ongkang” menjadi garong, maling, begal APBD dan para pemalak perizinan. Ahok membuat gigit jari para calo, pemburu rente APBD dan preman-preman yang dibekingi oknum aparat. Bukan hanya koruptor yang kena imbas kebijakan revolusioner Ahok. Termasuk PNS malas dan PNS yang melindungi anak buahnya berbuat kesalahan pun tidak luput dari tindakan Ahok. Revolusi ala Ahok otomatis mengakibatkan banyak pihak sakit hati dan menyimpan rasa dendam.

Pendukung lawan Ahok yang rasional berbeda dengan kelompok tidak suka Ahok dan Pembenci Ahok. Walaupun mempunyai tujuan yang sama, tak ingin lagi Ahok menjadi gubernur. Pendukung lawan Ahok tidak bisa digeneralisir sebagai pembenci Ahok. Motivasi pendukung lawan Ahok yang rasional. Kemungkinan disebabkan ideologi yang tidak sama. Atau perbedaan cara pandang kebijakan. Atau, tidak sepakat kata-kata kasar Ahok. Atau, bisa jadi kebetulan teman, saudara calon penantang Ahok. Atau, kader, simpatisan parpol bukan pendukung Ahok. Kelompok tidak suka Ahok cenderung pasif. Ketidaksukaannya disebabkan mungkin karena personality Ahok. Ibarat tidak suka durian. Walaupun banyak orang mengatakan sangat enak tapi karena tidak suka tidak akan memakannya. Atau tidak suka dengan pendukung Ahok yang kadang lebay. 

Sedangkan motif pembenci Ahok yang paling masuk akal adalah karena iri, dengki, sakit hati dan dendam. Mengapa mereka benci Ahok? Mungkin pihak yang merasa dirugikan karena kebijakan anggaran  yang ketat hingga kesulitan mau “ngutil” APBD. Atau, penghuni yang tergusur dari Kalijodo. Atau, suaminya, keluarganya kena tindakan tegas Ahok. Atau penganut paham yang tidak bisa menerima perbedaan. Alasan pastinya, hanya Tuhan & mereka yang tahu mengapa Ahok harus dibenci.

Artikel-artikel kontra Ahok sangat beragam. Dari yang berkualitas, berbahasa apik hingga artikel nyinyir. Dari artikel berisi kampanye negatif hingga artikel kampanye hitam yang penuh ujaran kebencian. Sebagian besar menyerang personal dan hal-hal yang tidak berhubungan dengan program kebijakan yang telah dilakukan Ahok.

Isu-isu dominan yang diangkat seputar SARA, kata-kata kasar, sombong, kutu loncat, Sumber Waras, eksistensi Teman Ahok & pendukung Ahok dan cukong dibelakang Ahok.

Bagi pembenci Ahok, menemukan berita miring tentang Ahok langsung histeris. Seperti mendapatkan durian runtuh. Seperti orang kelaparan yang menemukan sesuatu yang bisa dimakan. Seperti orang kehausan di tengah padang pasir menemukan air.

Karena kebencian, kemampuan intelektual dan akal sehatnya menjadi tumpul. Misal, tergesa-gesa menyimpulkan sekretariat Teman Ahok sama dengan penghuni liar Kalijodo. Tanpa diselidiki asal muasal, permasalahan sebenarnya langsung menulis artikel. Yang penting hari ini puas bisa bergunjing & bergosip negatif tentang Ahok. Sampai segitunya energi & effort keinginan mendelegitimasi Koh Ahok. Mungkin benar saudara Asaroo Lahagu, Gara-gara seorang Ahok, logika menjadi dungu.

Tapi tidak semua artikel kontra Ahok merugikan bahkan tidak sedikit yang layak mendapat apresiasi pendukung Ahok. Beberapa artikel itu bermanfaat bagi Ahok dan pendukungnya untuk memperbaiki diri, mengantisipasi, mempersiapkan diri menghadapi pertarungan sebenarnya di 2017.

Serangan-serangan kepada Ahok yang begitu masif saat ini sepertinya sangat merugikan Ahok. Tapi mungkin bagian dari rencana Tuhan. Kelak saat Ahok telah medapatkan lawan definitif di Pilgub 2017, serangan-serangan yang diulang-diulang itu menjadi tidak ada lagi artinya bagi warga DKI. Ibarat sayur telah basi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline