Lihat ke Halaman Asli

Prabowo dan Ahok : Orang Tua yang Gagal Mengeksploitasi Anaknya

Diperbarui: 10 Februari 2016   21:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber Foto: Tempo.co"][/caption]

Pilgub 2012 adalah kekeliruan fatal kalkulasi politik Prabowo Subiyanto. Sebenarnya sih kalau Pak Prabowo mau instropeksi diri, terpilihnya Jokowi menjadi RI 1 dan hengkangnya Ahok dari Gerindra adalah peringatan Tuhan. Jadi pemimpin itu harus satu kata satu perbuatan. Jangan seolah-olah menjadi seorang patriot yang baik hati. Mengusung, mendukung, membiayai & memenangkan Jokowi-Basuki (JB) yang jujur & bersih ternyata dibelakang ada pamrihnya. Setelah terpilih, Jokowi-Basuki hanya akan diekploitasi dan dijadikan suplemen. Untuk menaikkan lebih tinggi lagi polpularitas serta image sebagai capres yang bertekad “Menyelamatkan Endonesia” dari eSBeYe… ^_^.

Tahun 2012, Melihat kemesraan Prabowo dan Ahok seperti bapak dan anak. Bukankah hal yang sangat wajar jika seorang anak kecewa dan ngambek ketika bapaknya melakukan kekeliruan, kemudian si anak pergi dari rumah? Seandainya, Prabowo adalah bapak/orang tua yang baik dan Ahok dianggap anak bengal tapi berprestasi, mestinya: “Sudah lah Hok lupakan masa lalu. Tidak sia-sia saya dulu mengusungmu. Karena kerjamu baik, saya maafkan kebengalanmu pergi dari rumah. Maafkan saya yang ngedukung Ical bikin UU yang keliru. Mari kita bersama lagi membangun Jakarta agar lebih baik lagi”. Sayangnya hal itu tidak dilakukan Prabowo. Prabowo lebih memilih mengadopsi anak lain yang mungkin telah bersumpah menjadi anak penurut… ^_^

Ekspresi dendam elit-elit Gerindra begitu membara terhadap Ahok, tidak ada maaf bahkan mengutuk “Haram memilih Ahok” adalah sikap yang berlebihan. Hal itu menimbulkan pertanyaan, ada apa sebenarnya dibalik itu? Kok sampe segitunya.

Setelah Jokowi terpilih dan Ahok menjadi Gubernur. Kekecewaan kekalahan Prabowo dan Gerindra di Pilpres ditumpahkan kepada Ahok. Prabowo dengan Gerindra merasa paling berjasa dan merasa berhak mengatur kebijakan Gubernur Ahok sesuai kehendaknya. Gubernur Ahok akan dieksploitasi habis mengibarkan bendera Gerindra. Padahal sikap Ahok sangat jelas. Taat konstitusi tidak taat konstituen. Ahok tidak suka dan tidak ingin didikte atau tersandera politik balas budi. "Nurut kok gak sesuai hati, gak nurut kok petinggi partai". Ahok sebagai salah satu Ketua DPP Gerindra pun menjadi galau.

Nah, kesepakatan & keputusan emosional KMP yang ingin balas dendam menghabisi KIH melalui UU Pilkada dipilih DPRD, bagi Ahok adalah hoki. Kesempatan dan momentum pas yang bisa dijadikan alasan untuk hengkang. Mending cerai daripada jadi gubernur boneka dan tidak merdeka. Ibarat sudah jatuh talak “Loe mo ngatur-ngatur gwe? emang loe siapa? Gwe kan udah bukan siapa-siapa loe lagi kalee” …. ^_^

99.9% Gerindra tidak akan mengusung Ahok. Yang 0,1% terjadi jika Ahok berlutut memohon ampun kepada Prabowo Subiyanto. Tapi apakah mungkin? 99,99999% tidak mungkin terjadi …. ^_^

Belajar dari pengalaman pahit yang bertubi-tubi, Gerindra menggelar konvensi tanpa mengundang Ahok. Tokoh-tokoh yang ikut penjaringanpun ketahuan kualitasnya kecuali Akang Ridwan Kamil. Gerindra realistis, lawan tanding yang sebanding dengan Ahok adalah Ridwan Kamil. Tapi, kenapa Ridwan Kamil terkesan ragu-ragu?. Bukan karena Ridwan Kamil takut melawan Ahok atau takut dengan preman Jakarta. Tapi yang buat Ridwan Kamil galau adalah syarat dari Gerindra.

Loe kite majuin lewat Gerindra tapi dengan catatan, jangan tiru kelakuan si Joko & si Basuki! Setelah duduk loe kudu nurut ama kite-kite, Paham??! Gwe kasih loe waktu mpe’ tanggal 20 April ! Kalo tanggal 21 Kite-kite  yang gak bisa  … Mau Kartinian …. ^_^

Dengan APBD 66 trilyun, Sandiaga Uno yang belum punya pengalaman memimpin birokrasi, akan tetapi sebagai seorang pengusaha muda yang sukses tentu tidak asing cara mengatasi berbagai macam model oknum birokrat. Insting pengusaha, punya wewenang ngatur APBD segede itu adalah peluang. Kandidat Taufik, punya pengalaman yang lebih dibanding yang lain. Dia tak perlu membayangkan bagaimana hidup disono … noh. "66 trilyun bos, apes-apesnya nginep disono lagi juga gak papa" ….. ^_^

Dengan menyebut Sandiaga Uno Pak Gubernur, Prabowopun sedang melakukan psywar pada Ridwan Kamil. Dia yang punya kuasa. Kita tunggu keputusan Ridwan Kamil. Deal or no deal dengan syarat-syarat yang luar biasa berat. Lebih berat daripada melawan Ahok di panggung Pilgub DKI 2017.

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline