Lihat ke Halaman Asli

TANTANGAN PENDIDIKAN ISLAM PADA ERA GLOBALISAI

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Di zaman yang modern ini, sebuah pendidikan adalah sesuatu yang wajib kita miliki untuk mengarungi berbagai ancaman negatif yang masuk kedalam negeri. Karena, tanpa adanya pendidikan yang kita miliki, maka kita akan mudah terjerumus dalam era globalisasi negatif. Untuk itu kita haruslah mempunyai pendidikan sebagai bekal kita untuk memilih dan memilah berbagai arus yang masuk dalam zaman modern ini.

Zaman modern erat kaitannya dengan globalisasi, globalisasi sendiri dapat diartikan sebagai meningkatnya hubungan internasional antara suatu negara dengan negara yang lain, sehingga hubungan negara di dunia saling terikat satu sama lain.

Pendidikan islam dengan beragam sistem dan tingkatannya dari waktu ke waktu senantiasa mengalami tantangan. Berbagai kemajuan dan ketertinggalan pendidikan islam seperti yang terdapat dalam sejarah. Antara lain, disebabkan kemampuannya dalam menjawab berbagai tantangan yang dihadapi.

Tantangan pendidikan islam saat ini jauh berbeda dengan tantangan pendidikan islam sebagaimana yang terdapat pada zaman klasik dan pertengahan, baik secara eksternal maupun internal. Tantangan pendidikan di zaman klasik dan pertengahan cukup berat, namun secara psikologis dan ideologis lebih mudah diatasi. Secara internal, umat islam pada zaman klasik masih segar (fresh), masa kehidupan mereka dengan sumber ajaran islam masih sangatlah dekat, serta semangat berijtihad dalam berjuang memajukan ajaran islam fii sabilillah masih sangat kuat. Secara eksternal, umat islam masih belum mampu menghadapi ancaman yang serius dari negara-negara lain yang sudah maju.

Tantangan pendidikan islam di zaman sekarang, selain menghadapi pertarungan ideologi-ideologi bedar di dunia sebagaimana negara-negara maju, seperti Amerika, Jepang, China, Benua Eropa, dll. Juga menghadapi berbagai kecenderungan yang tidak ubahnya seperti badai besar (turbulence) atau tsunami.

Menurut Daniel Bell, kecenderungan di era globalisasi dunia ditandai dengan lima kecenderungan, antara lain: 1) kecenderungan integrasi ekonomi yang menyebabkan terjadinya persaingan bebas dalam segala bidang, terutama dalam dunia pendidikan. Pendidikan islam akan termosak-masik dengan doktrin-doktrin orang Barat yang hanya mengandalkan logikanya saja. 2) kecenderungan fragmantasi politik yang menyebabkan terjadinya peningkatan tuntutan dan harapan dari masyarakat. 3) kecenderungan menggunakan teknologi tinggi (high technology) khususnya teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Kehadiran teknologi informasi dan komunikasi ini menyebabkan terjadinya tuntutan dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang lebih cepat, transparan juga tidak dibatasi oleh waktu dan tempat. 4) kecenderungan interpendensi (saling tergantungan) yaitu suatu keadaan dimana seseorang baru dapat memenuhi kebutuhannya apabila dibantu oleh orang lain. Berbagai siasat dan stategi yang dilakukan oleh negara-negara maju untuk membuat negara-negara berkembang tergantung kepadanya, demikian terjadi dengan cara yang intensif. Sebagaimana yang dilakukan oleh negara Amerika, membuat kebijakan hegemoni politik yang memengaruhi negara sekutu menjadi ketergantungan kepada negara Amerika, termasuk ketergantungan dalam dunia pendidikan. Yang akhirnya akan berdampak buruk bagi negara sekutu, apalagi negara Indonesia. 5) kecenderungan yang munculnya dari penjajahan baru dalam bidang kebudayaan (new colonization in culture) yang mengakibatkan terjadinya pola pikir (mindset) masyarakat pengguna pendidikan, yaitu dari yang semula mereka belajar dalam rangka meningkatkan kemampuan intelektual, moral, fisik dan psikisnya, berubah menjadi belajar untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang besar.

Akan tetapi, tantangan yang dihadapi pendidikan agama islam telah melahirka berbagai paradigma baru dalm dunia pendidikan. Visi, misi, tujuan, kurikulum, proses belajar dan mengajar, pendidik, peserta didik, manajemen, sarana prasarana, kelembagaan, pendidikan kini tengah mengalami perubahan yang sangatlah besar. Pendidikan islam, dengan pengalamnnya yang panjang seharusnya dapet memberikan jawaban yang tepat atas berbagai tantangan tersebut, untuk menjawab pertanyaan ini, pendidikan islam membutuhkan sumber daya manusia yang handal, berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, memiliki komitmen dan etos kerja yang tinggi, manajemen yang berbasis sistem, infra struktur yang kuat, sumber dana yang memadai, kemampuan politik yang kuat serta standar yang unggul.

Sesungguhnya tugas pendidikan islam adalah untuk meraih kembali kejayaan islam sebagai sistem dan peradaban dengan melahirkan para ulama’ dan ilmuan seperti pada saat zaman keemasan islam, seperti contoh ilmuan-ilmuan pada zaman Khalifah Harun Ar-Rasyid, dan lain-lain. Jika duku masa kejayaan islam telah melahirkan berbagai macam lembaga pendidikan yang sangat popular di dunia, kini sangatlah berbeda 180 derajat dengan yang terjadi di Indonesia sekarang ini. Lembaga pendidikan islam saat itu dikatakan popular karena mampu memberikan inspirasi bagi peradaban dunia karena berpijak pada ajaran islam sebagai sebuah ajaran ideologi yang sistematik dna aplikatif, dan tidak lupa berpijak kepada Al-Qur’an dan Hadis, Ijma’ dan Qiyas para ulama’, bukan berpijak pada nilai-nilai yang lain.

Sebagai generasi muda, kita haruslah mempunyai pendidikan yang cukup agar tidak terjerumus kedalam arus yang salah seperti gaya berpakaian yang tidak sopan, mewarnai rambut, bahkan sampai minum-minuman keras yang seperti yang dilakukan oleh orang barat. Kitalah sebagai generasi muda yang akan menjadi penerus dalam memajukan bangsa ini, sehingga haruslah kita memiliki skill yang matang dengan cara melalui pendidikan yang harus kita tempuh agar mampu melewati berbagai rintangan di masa ini, terlebih masa yang akan datang, karena masa depan tentu akan semakin banyak rintangan yang menghadang.

Sebagai contohnya saja, untuk mencari pekerjaan, syarat utama tentu jenjang pendidikan terlebih dahulu yang diutamakan. Bukan karena apa-apa mereka memberikan syarat jenjang pendidikan sebagai syarat utama, akan tetapi, jikalau mereka menerima pegawai yang tidak memiliki pendidikan yang baik, maka usaha yang telah mereka rintis akan sulit, bahkan tidak mungkin berkembang, bahkan bisa jadi pula usaha mereka akan runtuh hanya karena seorang pegawai yang tidak memiliki pendidikan yang memadai.

Namun, di dalam kehidupan ini, pendidikan bukanlah untuk mencari pekerajaan semata. Pendidikan juga dapat untuk memecahkan masalah atau problema kehidupan yang sering kita jumpai dan kita alami. Dengan pendidikan, penyelesaian masalah tersebut dapat terselesaikan dengan cara yang cepat, baik dan tepat. Itulah fungsi pendidikan yang seharusnya kita pahami dan praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pendidikan untuk mencari sebuah pekerjaan hanyalah salah satu fungsi pendidikan.

Pada hakikatnya pendidikan islam bertujuan untuk melahirkan generasi manusia yang mampu mengelola, memakmurkan, menguasai dan menerapkan hukum aturan Allah di muka bumi ini. Itulah juga termasuk visi para Nabi dan Rasal, bukan untuk melahirkan manusia-manusia perusak (fasid) bumi dan alam. Itulah yang dimaksudkan Allah dalam ayat-Nya bahwasanya Allah akan menciptakan para khalifah dari kalangan manusia yang kelak dipertanyakan oleh para malaikat.

Di era seperti ini, studi-studi yang tidak dapat menjawab pertanyaan zaman baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan sendirinya akan tersingkirkan dan tidak diminati oleh khalayak masyarakat. Berbeda dengan studi-studi yang menawarkan pekerjaan dan penghasilan bagi lulusannya, akan banyak diminati oleh masyarakat. Kecenderungan penjajahan baru dalam bidang kebudayaan juga menyebabkan munculnya budaya pop atau budaya urban yang menyebabkan ajaran agama yang bersifat normatif dan menjanjikan masa depan yang baik (akhirat/surga), kurang diminati oleh masayarakat.

Oleh karena itu, kita harus berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Al-Hadits, memperbanyak kumpul kepada para ulama’-ulama’ agar kita tidak tersesat dari jalan-Nya, jalan yang murkai-Nya, yang menyebabkan kita masuk neraka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline