Lihat ke Halaman Asli

Air Mata Kerang dan Mutiara

Diperbarui: 26 Juni 2015   19:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

[caption id="attachment_19235" align="alignleft" width="300" caption="ilustrasi membaca buku, dok: http://images.google.co.id"][/caption] Hari ini saat Olive bersiap siap berangkat ke sekolah, saat sarapan pagi mama menanyakan, apa sudah menyiapkan semua dan tugas tugas sekolah?, sudah mah..., tapi sejak 3 hari ini kegiatan sekolah banyak diisi dengan kegiatan classmeeting dan extrakulikuler karena UTS telah usai, kenapa mah...?, tanya Olive lagi. Ini mama akan membawa adikmu ke poliklinik untuk Immunisasi campak, karena saat 9 bulan usianya, adikmu sedang demam jadi baru sekarang mama akan membawa Gianny immunisasi campak, tapi mama ada janji mengembalikan buku Daily Devotional milik teman mama, gimana kamu bisa tolong mama mengembalikan buku ini?, boleh mah..., jawab Olive, tapi saat sepulang sekolah ya mah..., mama mengangguk tanda setuju. Saat di sekolah pagi ini, mumpung banyak waktu luang, sambil mengikuti acara classmeeting yang diikuti teman temanku di sekolah, Olive teringat akan buku Daily Devotional milik teman mama yang dititipkan ke Olive untuk dikembalikan, rasa ingin tahu akan isi buku itu memaksa Olive untuk mulai membacanya, maka mulailah Olive membuka satu demi satu halaman buku itu, ada satu kisah yang sangat menarik dari bacaan buku ini, sungguh menyentuh hati dan mempunyai makna yang dalam, juga menyadarkan Olive akan arti sebuah kehidupan yang kita jalani ini. Olive ditulisan kali ini ingin berbagi lagi mengenai makna yang Olive dapatkan dari bacaan bukunya teman mama ini. Kisahnya begini : Pada suatu hari seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengeluh pada ibunya sebab sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya yang merah dan lembek. "Aduh ibu, sakit sekali...", sambil menahan sakit dan nyeri yang sangat, disertai tangisan, anak kerang ini mengeluh pada ibunya. "Anakku," kata sang ibu sambil bercucuran air mata, "Tuhan tidak memberikan pada kita, bangsa kerang, sebuah tangan pun, sehingga Ibu tak bisa menolongmu." Si ibu terdiam sejenak, "Sakit sekali...ya nak..., aku tahu anakku. Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam. Kuatkan hatimu. Jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa kau perbuat", kata ibunya dengan sendu dan lembut. Anak kerang pun melakukan nasihat bundanya. Ada hasilnya, tetapi rasa sakit bukan alang kepalang. Kadang di tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya. Dengan air mata ia bertahan, bertahun-tahun lamanya. Tetapi tanpa disadarinya sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya. Makin lama makin halus. Rasa sakit pun makin berkurang. Dan semakin lama mutiaranya semakin besar. Rasa sakit menjadi terasa lebih wajar. Akhirnya sesudah sekian tahun, sebutir mutiara besar, utuh mengilap, dan berharga mahal pun terbentuk dengan sempurna. Penderitaannya berubah menjadi mutiara; air matanya berubah menjadi sangat berharga. Dirinya kini, sebagai hasil derita bertahun-tahun, lebih berharga daripada sejuta kerang lain yang cuma disantap orang sebagai kerang rebus di pinggir jalan. ---ooo--- Kisah di atas adalah sebuah paradigma yang menjelaskan bahwa penderitaan adalah lorong transendental untuk menjadikan "kerang biasa" menjadi "kerang luar biasa". Karena itu dapat dipertegas bahwa kekecewaan dan penderitaan dapat mengubah "orang biasa" menjadi "orang luar biasa". Banyak orang yang mundur saat berada di lorong transendental tersebut, karena mereka tidak tahan dengan cobaan yang mereka alami. Ada dua pilihan sebenarnya yang bisa mereka masuki: menjadi "kerang biasa" yang disantap orang, atau menjadi "kerang yang menghasilkan mutiara". Sayangnya, lebih banyak orang yang mengambil pilihan pertama, sehingga tidak mengherankan bila jumlah orang yang sukses lebih sedikit dari orang yang "biasa-biasa saja". Mungkin saat ini kita sedang mengalami penolakan, kekecewaan, patah hati, atau terluka karena orang-orang di sekitar kita, cobalah untuk tetap tersenyum dan tetap berjalan di lorong tersebut, dan sambil katakan di dalam hatimu...... "Air mataku diperhitungkan Tuhan... dan penderitaanku ini akan mengubah diriku menjadi mutiara." Sekian dulu renungan yang Olive tuliskan ini, semoga saja ada manfaatnya buat kita semua di sini, sehingga perjalanan kehidupan kita kedepannya akan semakin baik. Tuhan Memberkati. Salam dari Olivia Anggraeni Putri.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline