INSPIRASI DARI KETIADAAN HIDUP di DUNIA (Kematian)
"Bagaimana kamu mengingkari (Allah) sedang kamu tadinya mati, kemudian dihidupkan (oleh-Nya), kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kamu dikembalikan kepada-Nya."
Ada benarnya juga kata seorang komedian dalam stand comedy, bahwa seseorang mampu mempunyai inspirasi ketika dia berangkat dari kegalauan. Tahun belakangan ini, saya mulai merasakan kegalauan. Karena setelah sekian lama hidup dengan tingkat aktivitas yang lumayan beragam, tahun demi tahun yang dilewati tidak ada kehidupan yang dirasa penulis begitu berbeda seperti saat ini. Kegalauan mulai muncul dengan hilangnya satu persatu keluarga dan handai taulan yang saya sayangi. Setiap insan pasti pernah merasakan kehilangan. Saya ingin rasa itu berganti menjadi sebuah kekuatan untuk mengobati kegalauan saya. Sekarang saya jadi tahu bagaimana perasaan seorang Nabiyulloh, Muhammad Saw yang ketika mulai berjuang membumikan Ajaran-Nya, ditinggal satu – persatu oleh orang-orang yang dicintainya. Padahal beliau butuh orang-orang yang mumpuni untuk membantu dakwah beliau. Hemm sedih sungguh sedih.
Saya ingin sekali percaya dan harus percaya bahwa kematian bukan akhir sebuah perjalanan. Dan saya ingin sekali merubah mindset saya bahwa kematian bukan kesengsaraan, tetapi salah satu nikmat Allah SWT "Janganlah kamu menduga bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, tetapi mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki" (QS Ali-'Imran [3]: 169).
Kematian adalah nikmat dan rahmat Allah SWT kita menuju pintu gerbang keadilan sejati dan kebahagiaan abadi. Kematian adalah bentuk kuasa Ilahi robbi bagi makhluknya dibumi. Dengan kematian, Allah SWT berpesan kepada manusia untuk meningkatkan terus pengabdian kepada-Nya,"Mahasuci Allah Yang di dalam genggaman kekuasaan-Nya seluruh kerajaan, dan Dia Maha kuasa atas segala sesuatu. Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu siapakah di antara kamu yang paling baik amalnya, dan sesungguhnya Dia Maha mulia lagi Maha Pengampun" (QS Al-Mulk [67]:1-2).
Dalam setiap sel tubuh manusia ada waktu yang sangat vital dan kecermatan yang sangat tinggi, waktu itulah yang telah dianugerahkan oleh Allah untuk mengontrol seluruh proses hidup mulai dari lahir hingga kematiannya. waktu ini telah diprogram untuk menentukan jumlah tertentu dari detak jantung, tidak menambah atau mengurangi, dan ketika berada diakhir ketukan, maka kematian datang setelahnya dan tidak pernah bisa ditunda. Dan karena itu, kita bisa mengagumi keakuratan Allah ketika menggambarkan secara jelas kepada kita tentang kematian, Allah berfirman: "Maka jika datang waktu kematian mereka, tidak bisa mereka tunda dan mendahulukannya sedetikpun" (An-Nahl: 61]. Kematian diciptakan dalam sperma, dan berkembang di dalam sel sejak manusia dalam rahim. Para ilmuwan mengatakan: kematian diciptakan dalam setiap unsur sel seperti katup pengaman yang mengontrol kehidupan sel, setelah semua perpecahan mengubah ukuran unsur-unsur tersebut, dan ketika semakin pendek ukurannya maka maka kematian semakin dekat, dan pada ukuran tertentu sel reproduksi akan berhenti dan mati, maka banyak kita temukan tinggi seseorang semakin tua malah semakin terlihat pendek dan itulah yang disampaikan kepada kita melalui Al-Quran, Allah berfirman : "Kami telah memperkirakan kematian di antara kalian dan kami tidak mendahuluinya" (Al-Waqi'ah: 60].
Musthafa Al-Kik menulis dalam bukunya Baina Alamain bahwasanya kematian yang dialami oleh manusia dapat berupa kematian mendadak seperti serangan jantung, tabrakan, dan sebagainya, dan dapat juga merupakan kematian normal yang terjadi melalui proses menua secara perlahan. Yang mati mendadak maupun yang normal, kesemuanya mengalami apa yang dinamai sakarat al-maut (sekarat) yakni semacam hilangnya kesadaran yang diikuti oleh lepasnya ruh dan jasad. Keadaan mati yang mendadak, saat sakratul maut teramat sangat singkat dan terasa sangat sakit sekali. Kata Nabi Muhammad ibarat duri dalam kapas yang ditarik dengan sangat keras (ditarik dengan keras sehingga waktu ditarik kapas di sekelilingnya ikut terbawa). Banyak ulama tafsir menunjuk ayat Wa nazi'at gharqa (Demi malaikat-malaikat yang mencabut nyawa dengan keras) (QS An-Nazi'at [79]: 1), sebagai isyarat kematian mendadak. Menurut statistik PBB mengatakan bahwa setiap tahunnya ada lebih dari 700.000 orang melakukan bunuh diri, ada ratusan ribu tewas dalam kecelakaan kebakaran, kecelakaan lalu lintas, pembunuhan, ... Ada jumlah tertentu yang mati akibat penyakit jantung, di Amerika Serikat meninggal hingga 700.000 orang dan setengah dari jumlah tersebut yang mati secara tiba-tiba, ada jumlah tertentu yang mati akibat kanker kulit, dan sejumlah tertentu yang meninggal karena kanker payudara dan sejumlah meninggal akibat kanker paru-paru.
Sedang lanjutan ayat surat tersebut yaitu Wan nasyithati nasytha (malaikat-malaikat yang mencabut ruh dengan lemah lembut) sebagai isyarat kepada kematian yang dialami secara perlahan-lahan. Kematian yang melalui proses lambat itu dan yang dinyatakan oleh ayat di atas sebagai "dicabut dengan lemah lembut," sama keadaannya dengan proses yang dialami seseorang pada saat kantuk sampai dengan tidur. Surat Al-Zumar (39): 42. Kalau sudah begitu tidak ada yang lebih disenanginya kecuali bertemu dengan yang Maha Pencipta (mati) Tidak lagi merasakan sakit karena apalah artinya sakit bila dibanding dengan kerinduan pertemuan dengan Sang Pencipta. Seperti seseorang yang ingin mudik..bahagia. Duuh padahal penulis tidak pernah mudik,, tapi kalau melihat kawan-kawan yang mudik, terlihat suka cita... maknanya adalah biar susah dan berapapun biayanya juga tetap dijalani asal bisa kembali ke kampung halaman.
Kematian pasti akan terjadi, yakinlah. Karena keyakinan itu mengantarkan kita kepada persiapan. Teringat salah satu pesan Ustadz Yusuf Mansyur..Ketika hidup kita penuh dosa..apabila arti dosa kita jika dibandingkan dengan sifat Ghofur nya Allah SWT, ibaratnya dosa kita itu seperti sebuah tinta di pulpen yang menetes di lautan sifat Ghofur dan Rahmannya Allah SWT. Tidak ada apa-apanya. Subhanallah... Oleh karena itu selagi hidup didunia, ingatlah untuk kembali pada kasih sayangnya, pada lautan ampunnya. Kembalilah menuju Allah SWT dengan membersihkan dosa kita dilautan Ghofur dan Rahmannya Allah SWT. Yang ditebus dengan ketundukan dan ketaatan yang ikhlas, agar tiba waktu pertemuan dengan yang kita nantikan menjadi lebih indah, dan damai. Walahu’alam bish showab
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H