Lihat ke Halaman Asli

#Tulkiyem Film Porno

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13256663221249668739

Yem..yem, bukakno lawang yem…….Kae, bojomu seng tukang parkir neng Maliboro yem…Yem..yemmWagiyo, Yanto dan Bambang. Tiga pria ibarat Trio Libels yang eksis di tahun 90an. Kompak banget. Saking kompaknya, nonton bokep-pun barengan. Dialog diatas tadi adalah salah satu dialog bokep terjemahan bahasa jawa yang lagi ditonton mereka. Ya sebenerenya sih gak bokep2 banget sih, masih kurang vulgar.Wong itu cuman dagelan alias becandaan ajah. Ah, tapi kan jadi gimana gitu…mereka memanggil nama saya. Rusak tenan jenengku!! pikir Tulkiyem. Kenapa ya yang namanya pria itu lebih seneng nonton film porno?  Jadi katanya ada penelitian yang bilang bahwa sekitar 5% penyuka film porno itu sebenernya memiliki masalah dalam kehidupan sehari-hari. (dalam kehidupan seksual mereka tentunya)*lahdalaah* . Dan kenapa film porno bisa begitu larisnya? Itu karena otak pria lebih mudah terangsang. Jadi disetiap ada kesempatan, apalagi  gambaran visual maka pria yang bersangkutan akan mudah terangsang. “Jadi Gung, sebenernya apa sih enaknya nonton film porno” tanya Tulkiyem. Gunga yang sore itu sedang baca-baca koran tiba-tiba diam dan berfikir. Sebagai pria yang tidak tulen, Gunga bingung harus menjawab apa. Hasrat kelaki-lakiannya kurang bisa menjawab pertanyaan Tulkiyem sore itu. “ Apa ya Yem? …mungkin film porno itu bisa merangsang laki-laki.” Jawab Gunga seenaknya. “ Lah tapi kok jarang ya perempuan yang suka film porno” tanya Tulkiyem lagi. “ Aku tuh ya pernah nonton film porno, tapi kok malah jijik sendiri ya” tambahnya. Gunga menutup lembaran koran yang baru ia baca, kemudian duduk dengan manis siap-siap berdiskusi dengan Tulkiyem. “Coba kita analisis” ajak Gunga. “ Biasanya film porno yang “keras” dan “langsungan” itu emang khusus untuk konsumsi laki-laki. Sedangkan film porno yang ada alur ceritanya atau agak slow, biasanya sengaja dibuat untuk pasangan atau emang khusus untuk perempuan” jelas Gunga. Ngga tau dia dapet teori darimana, yang pasti Tulkiyem percaya saja omongan Gunga. Manggut-manggut sambil terus mendengarkan penjelasan Gunga. “Yang namanya laki-laki itu biasanya mudah terangsang dengan rangsangan visual. Nah kalo perempuan kan beda” tegas Gunga. “Ya tho?” tanya Gunga dan kali ini Tulkiyem bingung harus menjawab apa. “Biasanya perempuan itu butuhnya rangsangan emosional…gitu kan Yem” tanya Gunga. Tulkiyem hanya bisa menjawab “ lha embuuuh” Diskusi mengenai film porno-pun berlanjut. Tulkiyem kemudian bercerita mengapa ia sangat jarang sekali dan bahkan jijik melihat film porno. “ Aku tuh ndak suka nonton film porno begituan. Biasanya yang jadi tokoh di film porno itu mbak-mbaknya langsing, rambutnya pirang, susu-nya besar, berisik…lah kalo aku suruh nikmatin model begituan kok malah gak tertarik ya?” kata Tulkiyem “lah iya, wong sejenis. Lah emang kalo cowok di film porno ga menarik apa” kata Gunga. “ orak blas, piye le menarik..wong yang di shooting bagian ituuuuunya terus. Bodi-nya gede, tapi tampangnya gak menarik blas. Bule negro gitu juga tho biasanya” kata Tulkiyem. Emang ada benernya sih kata Tulkiyem dan Gunga ini. Biasanya tokoh2 film porno ini gak menarik secara tampang, tapi secara ukuran…weeeets, gak usah ditanya lagi. “ Trus nih ya, film porno itu adegannya dibuat-buat Gung. Kadang juga terlalu aneh untuk dilakukan di dunia nyata. Lha nek trus bojone terinspirasi bikin gaya aneh2 di film porno itu gimana jal? Tanya Tulkiyem “ ya belajar tho…makanya liat bareng-bareng’ jawab Gunga seenaknya. Bukan ide baik sih sebenernya. Tapi …..kemudian Tulkiyem inget adegan di salah satu film porno yang pernah ia lihat. Dia membayangkan seandainya ia dan Marwoyo…oh tidaaaak. “ Gimana jal, kalo nanti Marmoyo minta aku dirantai…ato bawa cambuk ato pecut? Ato gimana nanti kalo aku dijambak-jambak?? …haduuuh, horak-horak….aku kududiskusi karo Marmoyo secepatnya! “ kata Tulkiyem kemudian ia masuk ke kamar dan mengambil handphonenya. kisah ini nyata tak nyata, sumber dari sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline