Jadi gini (uhuk, ehem-ehem, ambil nafas dulu (lebay lg kumat), hahahaha...:p)...:D
Dlm perjalanan hidup kita, pasti gak lepas dr namanya error, mau sehati2x apapun kita, baik yg disengaja maupun yg sudah direncanakan (loh, hahahahah...:D) maksudnya termasuk yg gak disengaja skalipun, dan itu sama skali gak salah, selama kita ada usaha utk intropeksi + improv memperbaiki diri.
Namun tetep aja, meski kita mau maaf atau nyesel setulus apapun, "paku yg udah ditancep, meski udah dicabut, pasti tetep ninggalin bekas".
Maka seiring bertambahnya usia, smg smakin bertambah pula aware dan wisdom kita, spy bisa bantu minimalisir error kita. Demikian pula, dlm kehidupan, mau sebaik dan setulus apapun kita, pst ada yg memuji skaligus mencela.
Mungkin ada yg terganggu bahkan sewot esmosi jiwa, namun gak sedikit yg tipenya "the best revenge is happily move on and let the karma do the rest" (krn ngerasa kalo emosi apalagi dendam malah bikin kita jd gak ada bedanya sama para haters, hehehehe, maaf itu kata2x-nya nyontek dr status temen dan bukan asli kata2x saya, hahahahaha).
Ada sbuah kisah cute dr Jepang, ttg hal ini sbg ilustrasi. Seorang murid krn gurunya gak pernah berbicara apalagi membela diri saat diserang, difitnah bahkan dijahati orang. Gurunya dgn lembut menjawab: "Anakku, sehati2x apapun kamu bertindak, pst akan ada yg menyukaimu dan jg yg membencimu.
Adalah tidak bermanfaat utk slalu "menyampaikan apa yg sbenarnya terjadi" krn kamu akan kehilangan banyak waktu dan energimu sementara banyak kebajikan2x lain yg sedang menantimu". "Selain itu (mereka) yg menghormati dan mengagumimu slama ini mungkin jg akan kecewa krn "hanya demikianlah batas kesabaranmu (kuping terlalu tipis hingga slalu merespon semua bentuk isu negatif)", sebab mereka juga gak butuh (semua penjelasan) itu krn sudah percaya padamu sejak awal." "Sementara yg membencimu jg akan semakin bergembira, krn "penderitaanmu" dan juga bersuka-cita sebab ternyata engkau menanggapi "api" mereka shingga pelan2x akhirnya malah "membuka wajah aslimu". "Anakku, kebajikan sama skali gak memerlukan pengakuan, sebab terlihat atau tidak terlihat, diketahui maupun tidak diketahui, ia akan berbuah dengan sendirinya sesuai dgn benih yg ditanam.
Kebajikan hanya wajib dilepaskan, agar jangan memunculkan ego baru bernama kesombongan. Dan pada akhirnya, itulah alasanku mengapa selama ini aku diam, bukan krn aku takut, namun lebih kepada mengalahkan diriku sendiri jauh lebih berharga dr apapun".
Demikian pula dgn kebenaran. Ada pepatah mengatakan,"sampaikan kebenaran, meski utk itu kau harus berjalan sendirian". Yup, resiko utk hal itu memang seringkali pahit. Krn kadang gak enak sebab dia sahabat kita, atau guru kita, dan sebagainya. Namun bila kita sahabat/murid yg baik, alangkah bijaknya bila kita reminder mereka dgn tanpa sama skali mempermalukan mereka, meski utk itu resikonya mungkin bakalan dimusuhin smp difangshen, hihihi...:D Krn bila dia beneran sahabat sejati atau guru yg bijak, pastinya mau mendengarkan, sementara kalo yg masih berkutat sama ego mereka pribadi, ya gudbay mai lop, hahahahah...:D Juga utk share hal2x baik di ruang publik termasuk di dunia nyata maupun di dunia maya spt sosmed.
Bukan krn mereka sudah kebaikan, jd tetep waspadalah-waspadalah krn di kenyataan msh lebih banyak "serigala berbulu domba", "musang berbulu ayam" jg "devil berbulu angel", hehehe...:p Namun pesan baik mereka tetap wajib disimak, krn spt pesan Ajahn Brahm, "yg namanya permata tetep aja permata meski keluar dr tumpukan sampah sekalipun".
Sementara yg rutin share kebajikan jg wajib sama waspadanya sama yg denger/baca, krn banyak pujian yg mengalir, bisa menjatuhkan kita suatu saat krn alih2x reminder diri sendiri. (supaya hidupnya bisa seimbang antara apa yg dibagikan dan apa yg dipraktekkan nyata) skaligus belajar melepas, namun akhirnya malah jd sombong halus tanpa disadari krn kekurang-mampuan mengendalikan diri sendiri, akibat pujian yg mengalir deras dan fanz yg berlimpah, hehehe...:p