Lihat ke Halaman Asli

Olive Bendon

TERVERIFIKASI

Travel Blogger

Seryozha Aleshkov, Bocah Ingusan di Garis Depan Pertempuran Stalingrad

Diperbarui: 26 Januari 2023   15:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seryozha Aleshkov dan Nikolai Sergeevich Kuznetsov (dok. IMDb)

Ketenangan Gryn, sebuah desa di wilayah Kaluzhskaya Oblast, Soviet; pagi itu terusik oleh deru pesawat tempur Jerman yang terbang rendah. Hari itu, Seryozha kehilangan orang-orang dekatnya. Ibu dan kakaknya terbunuh. Di rumah bibi Anisya, tetangga yang mengasuhnya, Seryozha masih menyimpan harapan ibunya akan pulang ke rumah ketika pasukan Jerman kembali mendatangi desa mereka.

Suara ketukan sepatu tentara terdengar semakin dekat. Anisya tergopoh membopong badan Seryozha dan mendorongnya keluar lewat jendela. "Run for your life! Run!" teriak Anisya disusul suara tembakan di dalam rumah. "Aghhh ..." tubuh Anisya perlahan ambruk. Kedamaian desa itu, tercerabut oleh kehadiran tentara Jerman yang membakar rumah-rumah penduduk dan mengeksekusi warga sipil yang dicurigai tersangkut dengan gerakan partisan Soviet.

Dari pinggir hutan, Seryozha memandangi desanya habis dilahap api. Sendirian. Tak tahu hendak ke mana. Ia berlari sekuat yang dia bisa. Entah berapa lama dan berapa jauh ia berjalan. Tapak kakinya mulai susah diajak menapak dengan sepatu yang koyak dan badan yang letih. Pandangannya mulai kabur dan pikirannya berhalusinasi. Badannya yang terkulai kedinginan di bawah pohon di dalam hutan, ditemukan oleh pasukan pengintai dari resimen senapan yang membawanya ke markas untuk mendapatkan perawatan. Setelah pulih dari lukanya, alih-alih dikirim ke panti asuhan di kota; Seryozha diangkat anak oleh Nikolai Sergeevich Kuznetsov, komandan resimen dan tetap tinggal di markas. Ia senang sekali ketika mendapatkan seragam Tentara Merah, sama seperti yang dikenakan oleh anggota pasukan yang lain.

Seryozha, tokoh utama dalam film drama perang Rusia, Soldier Boy, yang bercerita tentang Seryozha Shishkins, bocah 6 (enam) tahun, yang berada di tengah-tengah konflik, di garis depan Pertempuran Stalingrad. Selain belajar sejarah dunia, ada banyak pesan inspiratif tentang kehidupan, relasi dengan sesama baik antar personal maupun dalam sebuah kelompok, tujuan dari perjuangan, dan lain-lain yang bisa kita ambil sebagai pelajaran berharga dari film ini.

Tetap Berpikir Positif dan Berjuang untuk Hidup
Sepeninggal ibunya, Seryozha terus mengingat nasihat ibunya untuk diam di rumah sampai ibunya pulang. Hingga satu pagi ia terbangun dan bibi Anisya mengatakan, ibunya tak akan pernah kembali. Ia harus berlari untuk tetap hidup. Dia masuk ke hutan! Seryozha bukanlah anak yang manja. Ia tahu apa yang harus dilakukannya. Untuk mengatasi perutnya yang lapar, ia memetik buah beri yang dijumpainya. Ketika dahaga, tangan kecilnya mendulang air di tepian sungai yang dilaluinya. Kadang, mulutnya megap-megap menadah air hujan.

Ia juga anak yang cerdas, yang memiliki pengetahuan dan keingintahuan besar tentang senjata dan perangkat militer. Hal ini terbawa di kesehariannya. Ketika sendirian di hutan, ia terus menyemangati dirinya dengan kata-kata positif. I'm not afraid. I've a rifle. I'm not scared of you. Bahkan ketika dirinya terbaring lemas di tanah dan Seryozha melihat seekor landak mendekat, ia percaya si landak bisa berlari cepat untuk menyampaikan pesan dan keberadaannya kepada orang-orang di luar sana. Ketika dirinya bertemu Kuznetsov di markas, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah do you mean the hedgehog told you about me?

Dok. IMDb

Sopan dan Menghormati Orang yang Lebih Tua
Didikan dari orang tuanya membentuk pribadi Seryozha. Ia tahu tata krama dan menempatkan dirinya di tengah-tengah orang dewasa. Walau badannya lemas, ketika ditanya siapa dirinya, Seryozha berusaha turun dari gendongan Rezo dan menyorongkan tangannya untuk bersalaman dengan Kuznetsov. Sopan sekali.

Kehadirannya membawa kehangatan di hati para serdadu yang telah lama terpisah dengan keluarga mereka. Ia menjadi kesayangan semua anggota resimen, yang dilimpahi perhatian dan kasih sayang. Kepolosan, sikapnya yang riang, dan perhatiannya, meluluhkan hati Kuznetsov sehingga membatalkan niatnya untuk mengirim Seryozha ke panti asuhan.

Tahu diri dan Bertanggung Jawab
Medan perang bukanlah arena bermain anak-anak. Bahkan para serdadu yang berada di garda depan pun, jika bukan karena tugas dan panggilan pengabdian; akan memilih tinggal di rumah yang nyaman dan aman bersama keluarganya. Hal ini pun berlaku bagi Seryozha. Walau usianya masih terlalu muda, ia merasa memiliki tanggung jawab yang sama dengan prajurit yang lain dan harus ikut mengambil bagian dalam perjuangan. Ia mulai membantu di tenda darurat dengan memberi minum, "membacakan" surat, serta menghibur tentara yang terluka dan dirawat di sana dengan nyanyiannya.

Satu pagi, Seryozha menghadap Kuznetsov, menanyakan penugasan yang harus dilaksanakannya hari itu. Ia tak ingin hanya dianggap sebagai anak kecil. Ia ingin diberi tugas yang lebih menantang. Kuznetsov pun memberinya kepercayaan untuk mengantarkan surat-surat yang diterima dari petugas pos kepada tentara di masing-masing unitnya. Ia sungguh senang melaksanakan tugas itu karena dapat melihat keriaan di wajah penerima surat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline