Bus yang saya tumpangi dari Kuala Lumpur pagi itu baru saja memasuki kota Seremban, ibu kota Negeri Sembilan ketika sebuah pesan baru membuat layar gawai di tangan berkedip-kedip.
Negeri Sembilan? Kampung mana lagi itu?
Tanya penasaran seorang kawan membalas pesan di WhatsApp ketika diberitahu keberadaan saya hari itu. Mungkin (memang) tak banyak yang tahu tentang negeri satu ini meski jaraknya hanya satu jam berkendara dari KLIA, bandar udara internasional Kuala Lumpur.
Namanya pun mungkin terdengar asing, tak seperti tetangganya Johor, Malaka, atau Pulau Pinang yang lebih akrab di kuping para pejalan karena lebih sering disebut-sebut. Meski begitu, negeri ini telah memikat hati sejak menjejak di Bukit Gajah Mati, Port Dickson enam tahun lalu.
Apa yang ada pada Negeri Sembilan yang membuat hatimu terpikat?
Negeri yang dahulu berada di bawah kekuasaan Malaka dan Johor, yang menginginkan kemerdekaan dan meminta seorang pemimpin dari negeri asal leluhur mereka; Pagaruyung (kini Minangkabau). Meski harus melalui perjalanan panjang yang berliku hingga mimpi mereka mewujud.
Raja Pagaruyung mengirim putranya, Raja Melawar yang kemudian diangkat oleh Sultan Johor sebagai raja Negeri Sembilan yang pertama dengan gelar Yang di-Pertuan Besar Negeri Sembilan pada 1727.
Selama seabad, tiga raja pertama Negeri Sembilan didatangkan langsung dari Pagaruyung. Barulah pada masa Raja Lenggang, ia menuturkan keinginannya kepada datuk-datuk undang, dewan kepala suku yang memilih raja agar kelak jika ia mangkat, putranya Tuanku Raden-lah yang akan menggantikannya.
Pada 1824, Tuanku Raden diangkat menjadi Yang di-Pertuan Besar Negeri Sembilan ke-4 menggantikan ayahnya. Sejak itu pula sejarah mencatat Negeri Sembillan dipimpin secara turun temurun oleh raja yang dipilih oleh kesepakatan datuk undang. Ia harus laki-laki dari garis keturunan laki-laki Raja Raden ibni Raja Lenggang yang sah.
Nukilan perjalanan perantau Minangkabau yang mengukir sejarah lahirnya Negeri Sembilan dan kekerabatan yang terjalin dengan Pagaruyung di atas dapat dijumpai di Galeri Diraja Tuanku Ja'afar, Seremban, Negeri Sembilan. Galeri tiga lantai ini merupakan museum biografi Tuanku Ja'afar, Yang di-Pertuan Besar Negeri Sembilan ke-10, yang pernah pula menjadi Yang di-Pertuan Agung Malaysia ke-10 pada 1994-1999.
Tuanku Ja'afar adalah putra dari Tuanku Abdul Rahman, Yang di-Pertuan Besar Negeri Sembilan ke-8, raja Malaysia pertama yang dipilih setelah kemerdekaan Malaysia dengan gelar Yang di-Pertuan Agung Malaysia pada 31 Agustus 1957.