Jelang 1960, adalah masa-masa rekonstruksi pasca perang bagi Jerman. Masa dimana pertumbuhan ekonomi sedang digalakkan, masa dimana sebagian orang memainkan peran berpura-pura dan tak mau tahu menahu tentang peristiwa kamp Auschwitz.
Di saat semua orang ingin melupakan masa lalu yang kelam, Johann Radman muncul bagai bayi tak berdosa untuk mengorek-ngorek borok yang ditutupi. Radmann, jaksa muda, idealis dan ambisius, tertarik untuk melakukan investigasi terhadap Charles Schulz, mantan komandan di kamp Auschwitz yang sekarang menjadi pengajar di salah satu sekolah di Berlin.
Dari satu kasus sederhana, Radmann tenggelam di balik tumpukan dokumen, ditarik ke dalam labirin waktu untuk mengungkap satu rahasia besar yang tersimpan di US Army Dokumen Center. Radmann mendapati bahwa, para mantan Nazi itu, adalah tokoh masyarakat yang disegani, yang bertebaran di panggung politik, untuk menghindari tuntutan negara karena perbuatan mereka di masa lalu.
[caption caption="Labyrinth of Lies (dok. latinpost.com)"][/caption]
Labyrinth of Lies (Im Labyrinth des Schweigens, film yang disutradarai Giulio Ricciarelli, akan menjadi film pembuka German Festival 2015 hari ini, Jumat (11 September 2015) di Epicentrum XXI Jakarta. Film drama dengan latar belakang Jerman pada 1950an, mengisahkan seorang jaksa muda yang mulai membuka dan menyelidiki pembunuhan massal yang terjadi pada masa Nazi. Ia mengangkat kasus-kasus yang sebelumnya tidak disadari atau diakui oleh publik yang ternyata melibatkan banyak tokoh masyarakat di Jerman. Labyrinth of Lies ditayangkan perdana ada Toronto International Film Festival 2014 lalu, dibintangi oleh Alexander Fehling.
Tahun ini menjadi tahun keempat penyelenggaraan festival film German Cinema di layar bioskop Indonesia yang akan berlangsung 11–20 September 2015. Film-film yang dipilih tahun ini adalah produksi Jerman terbaru yang telah mendapatkan pengakuan dan memenangi berbagai penghargaan internasional.
German Cinema adalah bagian dari Jerman Fest, sebuah festival yang berlangsung selama tiga bulan dalam rangka merayakan persahabatan antara Indonesia dan Jerman. Jerman Fest adalah sebuah inisiatif dari Kementerian Luar Negeri Jerman dan diselenggarakan oleh Goethe-Institut di Indonesia, Kedutaan Besar Jerman di Jakarta dan EKONID.
Film lain yang tak boleh dilewatkan di festival ini adalah film dokumenter Das Salz der Erde (The Salt of the Earth) yang disutradarai oleh Wim Wenders dan Juliano Ribeiro Salgado, film yang memecahkan rekor penjualan tiket bioskop di Jerman Fack Ju Göhte (Suck me Shakespeer), sebuah komedi tentang seorang pelaku kriminal yang dipaksa menjadi seorang guru, Als wir träumten (As We Were Dreaming), film terbaru karya Andreas Dresen, sutradara film Jerman yang terkenal dengan karakter realistisnya.
Dengan pilihan yang beragam dari lanskap perfilman Jerman, festival yang pada 2014 menarik lebih dari 12.000 pengunjung ini, berusaha untuk terus menginspirasi penonton film Indonesia dan meningkatkan ketertarikan pada film-film Jerman. Film-film Jerman kontemporer terus berubah dan menawarkan pandangan baru, mulai dari isu keluarga dan cinta hingga pemahaman mengenai agama dan sejarah.
Pemutaran akan diadakan di tujuh kota di Indonesia, yaitu Jakarta , Bandung , Yogyakarta, Makassar, Surabaya, Denpasar dan Medan. Penyelenggara yakin, semua penonton dapat menikmati seluruh film yang karena dilengkapi dengan teks berbahasa Inggris. Jadwal dan sinopsis film dapat dilihat di SINI, saleum [oli3ve].
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H