Lihat ke Halaman Asli

Olive Bendon

TERVERIFIKASI

Travel Blogger

Ikrar Generasi Aceh untuk Teruskan Semangat Juang Laksamana Malahayati

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap menjelang 21 April; semua orang terlihat sibuk dengan persiapan perayaan hari Kartini. Ibu - ibu pekerja kantoran membongkar koleksi pakaian (bahkan pergi berbelanja ke butik) untuk menemukan busana yang akan dikenakan di hari tersebut agar temanya tak melenceng dari busana Kartini. Para ibu muda yang memiliki anak di bangku Taman Kanak-Kanak pun tak kalah sibuk mencarikan kostum lomba untuk anaknya.

Di antara semaraknya linimasa dengan ragam gambar kegiatan seputar perayaan hari Kartini, sebuah pesan saya terima semalam dari Komunitas I Love Aceh yang ditautkan dengan berita kegiatan mahasiswa pada hari tersebut. Sebuah gebrakan digelar oleh BEM FISIP Universitas Syah Kuala, Banda Aceh di Benteng Inong Balee pada Selasa, 21 April 2015. Lewat beberapa gambar dan kegiatan yang diunggah melalui akun @BEMFISIPUNSYIAH, terbaca tujuan kegiatan tersebut, Meneladani Sang Kreator dan Inovator: Laksamana Keumalahayati.

Siapa Laksamana Keumalahayati yang membakar jiwa generasi muda ini untuk meneladani semangatnya?

[caption id="attachment_411899" align="aligncenter" width="486" caption="Mereka yang berikrar (dok. BEM FISIP Unsyah)"]

142969751951540032

[/caption]

Laksamana Keumalahayati atau Laksamana Malahayati adalah panglima perang armada laut Kesultanan Aceh pada abad 15. Malahayati yang sebelumnya Komandan Protokoler Kerajaan Aceh Darussalam, dipercaya oleh Sultan untuk menggantikan suaminya, Laksamana Mahmuddin bin Said Al Latief yang gugur dalam pertempuran melawan Portugis di Teluk Haru (perairan Selat Malaka); menjadi Panglima Armada Selat Malaka.

Mengenai hal ini, petualang Inggris, John Davis yang berjumpa dengan Sultan Aceh, Alaiddin Riayat Syah Al-Mukammil pada 22 Agustus 1599 dalam The Voyages and Works of John Davis Navigator menuliskan,"perempuan adalah penasehat raja ... laksamana sang raja adalah seorang perempuan karena ia tidak mempercayai laki-laki."

Melihat bagaimana kesedihan para janda prajurit yang ditinggal mati suami, Malahayati tak mau tinggal diam. Dimintanya restu pada Sultan untuk membentuk armada perang sendiri agar para perempuan juga ikut berjuang, tak hanya berpangku tangan. Dimintanya sebuah lahan untuk tempatnya melatih para laskar yang sehari-hari hanya berkutat dengan urusan dapur. Sebagai lulusan terbaik Ma’had Baitul Maqdis Jurusan Bahari, sekolah khusus militer untuk perwira kerajaan, Malahayati membekali para perempuan itu dengan pelajaran baris berbaris, ilmu bela diri, teknik melaut dan mengangkat senjata. Dinamakannya pasukannya Laskar Inong Balee (=laskar janda) dan benteng pertahanannya Benteng Inong Balee.

Untuk lebih berkonsentrasi dalam membentuk pasukannya, Malahayati mengajukan pengunduran diri dari jabatan Panglima Armada Selat Malaka dan diangkat Sultan menjadi Panglima Armada Inong Balee. Pasukan khusus Kerajaan Aceh ini berjaya memperkuat armada laut kerajaan. Sebuah gebrakan dilakukan ketika Malahayati memimpin pasukannya menyerbu ke atas geladak Van Leeuw, kapal dagang milik Belanda yang merapat di pelabuhan lada, Aceh. Malam itu, Cornelis de Houtman salah satu pemimpin ekspedisi dagang Balanda ke Aceh meregang nyawa di tangan Malahayati, sedang adiknya Frederik de Houtman, ditangkap dan dijadikan tawanan selama hampir2 (dua) tahun sebelum dikembalikan ke Belanda.

Sisa Benteng Inong Balee masih dapat kita jumpai hari ini di Lamreh, Aceh Besar. Jejak kejayaan sang Laksamana masih dapat dirasakan lewat dari kokohnya karang dan hempasan gelombang yang menghantam bibir benteng. Lewat cengkeraman akar pohon yang menebal pada bebatuan yang menjadi pondasi benteng.

Kami generasi Aceh, berjanji menjunjung tinggi Laksamana Keumalahayati sebagai tokoh besar dunia. Kami generasi Aceh, menyatakan bahwa 21 April akan diperingati sebagai hari Laksamana Keumalahayati. Kami generasi Aceh, berjanji akan selalu menghargai dan menghormati para tokoh, pejuang dan juga endatu Aceh yang telah mengorbankan segenap jiwa, harta dan raganya untuk memperjuangkan Aceh.

Kuto Inong Balee, 21 April 2015 Atas nama generasi Aceh

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline