Langit biru, ombak putih, laut bening dengan kemilau hijau birunya, lambaian lumba-lumba di perairan Nusalaut terbayang-bayang di pelupuk mata. Nikmatnya ikan asar yang dijajakan oleh mama-mama di pasar Saparua serta lembutnya roti mentega di pantai Haruku disesap dengan segelas teh gula masih terasa di ujung lidah. Sepotong roti kenari melebur rasa di dalam mulut, manis dan renyahnya berpadu bangkitkan gairah untuk segera berlibur (lagi)!
[caption id="attachment_224804" align="aligncenter" width="448" caption="Benteng Amsterdam, Desa Hila, Leihutu, Maluku (dok. koleksi pribadi)"][/caption] Adalah anugerah dipilih oleh salah satu perusahaan telepon seluler ternama untuk melakukan uji coba produk baru yang akan segera memasuki pasar Indonesia. Kejutan yang luar biasa terlebih karena saya bukanlah gagdet freak; membuat sebagian kawan terbengong-bengong. Koq bisa loeeee yang kepilih? Hei! Anugerah preeeeen !
Sebulan setelah perjalanan singkat ke Aceh Oktober lalu, sebuah tawaran menarik kembali menghampiri di pertengahan November 2012. Berlibur ke destinasi yang menjadi impian semua orang dan sejalan dengan minat hanya dengan bermodalkan badan adalah hal yang tak terbayangkan. Jadilah tawaran ke Maluku disambut dengan tangan terbuka meski beberapa janji mesti dibatalkan. Salah satunya adalah rencana untuk menyusuri Sumedang sebagai pelengkap perjalanan ke Aceh yang harus ditunda.
Perjalanan indah dengan sejuta kenangan yang terekam selama 4 (empat) hari dengan membawa pulang kulit gosong, pergelangan tangan serta kaki yang belang sebagai tanda mata. Ya, tanda mata yang akan terbawa selama satu hingga dua bulan ke depan atau bahkan sampai awal tahun depan!
[caption id="attachment_224813" align="aligncenter" width="448" caption="Makam raja Sila yang tertutup semak di kampung Sila, Nusalaut, Maluku Tengah; salah satu makam tua yang saya temui saat berlibur ke Maluku (dok. koleksi pribadi)"]
[/caption] [caption id="attachment_224814" align="aligncenter" width="336" caption="Pantai Sila, salah satu pantai yang masih asri di Nusalaut, Maluku Tengah (dok. koleksi pribadi)"]
[/caption] Tanda waktu di pergelangan tangan kanan menunjukkan pk 16.30, ada kesempatan menikmati 10 menit jeda untuk menyegarkan otak. Sebutir pisang Ambon yang diraup dari Warung Aceh di seberang kantor saat sarapan tadi pagi, cukup ampuh menjadi sogokan perut yang berdendang jelang petang. Perlahan layar monitor di depan mata berganti dari jejalan angka-angka untuk persiapan laporan, menjadi lajur berisi agenda perjalanan akhir tahun yang berwarna-warni.
Libur akhir tahun akan diwarnai dengan perjalanan mudik dan membuat agenda perjalanan wisata buat seorang sahabat yang akan ikut menikmati keindahan Toraja bersama keluarganya. Meski tiap tahun mudik, selalu ada jejak yang ingin disusuri kembali. Beberapa agenda yang tertunda tahun lalu karena cuaca yang tak bersahabat, akan menjadi bagian perjalanan kali ini.
[caption id="attachment_224815" align="aligncenter" width="550" caption="Menikmati sajian kopi Toraja dalam satu perhelatan (dok. koleksi pribadi)"]
[/caption] Kota Angin Mammiri kembali menjadi kota transit sebelum melanjutkan perjalanan dengan bis malam ke negeri di atas awan, Toraja. Jika tahun lalu saya basah kuyup di pemakaman raja-raja Tallo, semoga tahun ini langkah tak perlu tergesa diayun dari kompleks pemakaman itu. Beberapa destinasi wisata menarik yang jarang dilirik pejalan akan menjadi tempat persinggahan seperti Monumen Mandala Pembebasan Irian Barat, Monumen Korban 40 Ribu Jiwa, Museum Kota Makassar, mencari beberapa makam tua, mencicipi kuliner khas daerah serta menikmati senja di Benteng Panyyua yang tahun lalu kayak kapal pecah karena renovasi.
Potongan terakhir roti kenari kembali menyentuh ujung lidah bersamaan dengan tegukan terakhir teh gula. Hmmm …Indonesia terlalu indah untuk dilewatkan meski hanya selangkah saja. Alangkah indahnya bila satu perjalanan ke Komodo menjadi pelengkap kenikmatan itu, semoga. Yuk, jelajahi Indonesia! Tumbuhkan cinta dan kebanggaan pada negeri sendiri. Salam pejalan [oli3ve].
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H