Lihat ke Halaman Asli

Olive Bendon

TERVERIFIKASI

Travel Blogger

Lamunan Menunggu Bedug Maghrib: Jokowi Pimpin Jakarta, Trem Kembali Wara-Wiri di Jalan Protokol

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ternyata puasa tidak menjadi hambatan untuk melakukan kegiatan di luar rumah. Hal ini terlihat dari banyaknya aktifitas yang berlangsung di kawasan kota tua Jakarta hari Minggu sore (21/8) sambil menunggu waktu berbuka. Salah satunya adalah Plesiran Tempo Doeloe (PTD) yang diadakan oleh komunitas Sahabat Museum menyusuri sejarah trem di Jakarta yang diikuti 60 (enam puluh) orang peserta. Setelah mendata peserta terakhir yang datang terlambat, kami bergabung di aula Museum Bank Mandiri (MBM) untuk mendengarkan pemaparan mengenai sejarah trem yang disampaikan oleh Bapak Widoyoko pendiri dan ketua komunitas Sejarah Perkeretaapian Indonesia.

Selamat datang trem Jakarta! Potongan slide di depan layar membuat mata saya terkesima, kapan ya proyek itu terealisasi? Layar kemudian berganti dengan anekatrem yang pernah melintas di jalanan protokol Jakarta pada tahun 1869 – 1962 serta gambar-gambar trem di luar negeri. Proyek pengaktifan kembali trem listrik di Jakarta sudah direncanakan dan siap dijalankan, untuk tahap awal lokasinya di kawasan hunian terpadu Rasuna-Kuningan serta kampus UI Depok. Dari paparan yang disampaikan oleh pak Wiyoko yang menjadi perwakilan PT. INKA (Industri Kereta Api) di Netherland, diperlihatkan pula contoh trem yang telah dibuat dan dipaketkan dari negeri Kincir Angin siap hilir mudik di Jakarta jika ijinnya turun. Menurut berita yang ada di Kompas (23/10/2008), proyek pembangunan trem kawasan terpadu Rasuna dimulai pada Desember 2008. Tapi ternyata sampai sekarang masih ada kendala perijinan dari pihak Bakrie sebagai pemilik kawasan tersebut sehingga pengerjaannya belum berjalan.

[caption id="attachment_131003" align="aligncenter" width="300" caption="Pak Wiyoko saat menyampaikan paparan sejarah dan proyek trem di Museum Bank Mandiri, Jakarta"][/caption] Jika proses perijinan di Jakarta masih tersendat, sungguh berbeda dengan Solo. Setelah peresmian railbus Batara Kresna Juni lalu, Jokowi menyambar proyek untuk mengaktifkan trem di Solo yang rencananya diluncurkan tahun 2013. Jokowi terkenal sebagai pemimpin yang humanis dan mengayomi rakyatnya bahkan dipandang sebagai pembebas penderitaan warga kota. Wajar jika dirinya sangat dicintai dan ada di hati rakyatnya. Sudah menjadi rahasia umum, Jokowi satu-satunya pejabat di Indonesia yang tidak pernah mengambil gajinya sejak menjabat sebagai walikota. Gambar di layar sudah berganti namun suara trem masih mendengung di telinga dan potongan-potongan slide paparan pak Wiyoko kembali berputar di kepala. Peserta PTD satu per satu meninggalkan aula untuk berkeliling menelusuri jalur trem jaman Belanda dulu. [caption id="attachment_131005" align="aligncenter" width="300" caption="trem tempo doeloe dijadikan propaganda gerakan kemerdekaan (sumber http://variety-indonesia.blogspot.com)"][/caption] [caption id="attachment_131012" align="aligncenter" width="300" caption="trem di stasiun kota Jakarta (sumber :http://variety-indonesia.blogspot.com)"][/caption]

Sembari mempersiapkan ta’jil untuk berbuka, lamunan menari membayangkan Jokowi benar-benar menjadi orang nomor satu di DKI. Banjir yang rajin bertandang di Jakarta perlahan undur dan enggan untuk bertamu, moda transportasi yang diimpikan rakyat selama ini tertata dengan baik, metromini berganti dengan metro bawah tanah, bis-bis yang siap jadi rongsokan telah berganti dengan bis AC yang nyaman. Tak ada yang tersendat karena perencanaan tata kota serta pengelolaan dana maupun kontraktornya jelas. Dengan pendekatan yang manis serta komunikasi dua arah yang baik, Jogowi melobi pihak-pihak yang terkait dengan proyek transportasi prorakyat hingga tercapai kesepakatan tanpa menimbulkan kericuhan.

Pada hari peluncuran moda transportasi idaman warga disambut meriah dan dipusatkan di stasiun sentral Jakarta yang dulu dikenal dengan stasiun Manggarai. Selama seminggu warga Jakarta diberi kesempatan untuk merasakan segala moda transportasi intercity dengan gratis sebelum tarifnya diberlakukan. Malam ini, saya bergegas dari kantor di kawasan Lebak Bulus menuju stasiun MRT untuk mengejar pertemuan dengan beberapa kawan membahas rencana perjalanan akhir tahun di sekitar Sarinah. Memasuki stasiun saya mampir ke mesin top up untuk melakukan pengisian ulang tiket dan menunggu kedatangan MRT di peron. Saya tidak was-was karena MRT beroperasi hingga pk 24.00 dan berangkat setiap 10 menit. Jarum jam di pergelangan tangan menunjukkan pk 18.30, saya mengirimkan pesan ke salah seorang sahabat akan tiba di tempat berkumpul dalam 30 menit. Berangkat dari stasiun pusat, MRT masih kosong jadi penumpang bebas memilih bangku untuk duduk.

Di stasiun Senayan masuk seorang kawan dengan backpack menempel di punggung, rupanya long weekend ini dimanfaatkan untuk bersantai di luar kota. Dari jauh seseorang melambaikan tangan mendekati bangku kami, senang bisa reuni kecil-kecilan di atas MRT. Pembicaraan pun bergulir seputar kegiatan dan rencana jalan-jalan sampai mereka bersiap untuk turun di stasiun Dukuh Atas. Yang seorang pulang ke apartemen di kawasan Rasuna dengan monorail, yang satu akan melanjutkan perjalanan ke bandara dengan express line. Dengan sistem yang sudah terkoneksi antar moda transportasi, penumpang tak perlu bersusah payah untuk keluar stasiun maupun antri membeli tiket di loket. Saya meluruskan kaki bersiap untuk turun di Bundaran HI. Dari stasiun bawah tanah saya mencari petunjuk untuk mencapai halte trem yang bersisian dengan jalan raya. Kagum dengan informasi tujuan serta peta jalur transportasi tersaji dengan lengkap dan jelas, tak perlu khawatir untuk tersesat. Ini baru Jakarta, trem lewat setiap 10 menit namun saat kaki hendak melangkah naik sebuah tepukan di pundak membuat saya menoleh.

“Mbak! tadi minta tempat gula ya?” Rupanya si mas dari MBM mengantarkan tempat gula membuat lamunan terputus. Kembali ke alam nyata, saya lirik gambar yang menggantung di dinding masih sama, Jokowi belum hijrah ke Jakarta. Peserta PTD telah kembai ke aula menunggu adzan maghrib untuk berbuka. Syukurlah semua sudah siap, aqua gelas yang ditimbun es batu dalam igloo sudah dingin, kolak untuk ta’jil dan kotak-kotak Nasi Ulam Misjaya sebagai menu berbuka puasa telah tertata rapi di meja siap diserbu. Alhamdulillah, acara hari ini berjalan dengan baik dan semua peserta menikmati buka puasa bersama sambil menonton film tentang trem Jakarta tempo doeloe. [Telkomsel Ramadhanku/olive]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline