ketika kau datang, datanglah dengan rasamu,
aku ada di dekatmu
Rangkaian kata itu perlahan merembes di kepala saat kaki mulai diayun menyusuri pedestrian di pinggir de Groote Rivier demi menggapai Juliana Brug, Minggu pagi (15/03/14). Deretan kata romantis yang tertera pada sebuah lukisan yang menggantung di dinding rumah Opa van Imhoff itu entah kenapa baru tertangkap mata kemarin pagi. Mungkin karena lukisannya menggantung di balik pintu sehingga tak menarik perhatian di dua pagi sebelumnya.
Opa van Imhoff atau lengkapnya Gustaaf Willem Baron van Imhoff; namanya tentulah tak asing di kuping bukan? Atau ada yang belum pernah dengar namanya? Baiklah akan kuperkenalkan dia secara singkat. Selebihnya cobalah cari tahu sendiri siapa gerangan beliau ;).
[caption id="attachment_327194" align="aligncenter" width="486" caption="Pintu besar dan tinggi di rumah Opa van Imhoff (dok. koleksi pribadi)"][/caption]
Menurut catatan sejarah, Opa van Imhoff adalah satu-satunya keturunan bangsawan Jerman yang berhasil meraih kedudukan tertinggi sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda (Dutch East Indies) pada Mei 1743.Sebelumnya, Opa van Imhoff adalah anggota Dewan Hindia yang kemudian menjadi Gubernur Kolonial di Ceylon (sekarang Srilanka). Ia mengakhiri masa jabatannya sebagai gubernur Ceylon pada 12 Maret 1740 dan dipanggil pulang ke Batavia.
Saat kembali menjejak di Batavia, Adriaan Valckenier sedang garang-garangnya menekan etnis Tionghoa di Betawi hingga pecah peristiwa Batavia 1740. Opa van Imhoff yang tidak suka melihat gaya pemerintahan Valckenier tersebut, menentang keras tindakan Valckenier. Akibatnya Opa van Imhoff disingkirkan dan dipulangkan sebagai tawanan oleh Valckenier ke Belanda.
[caption id="attachment_327195" align="aligncenter" width="486" caption="Hall di sisi kiri pintu gambar atas (dok. koleksi pribadi)"]
[/caption]
Mei 1743 saat kapal yang membawanya baru merapat di Amsterdam; Opa van Imhoff mendapat mandat berupa surat penunjukan sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda menggantikan Valckenier dan diminta segera kembali ke Batavia oleh Heeren Seventien aka Dewan Tujuh Belas. Karma itu berlaku, Valckenier yang sebelumnya menyingkirkan Opa van Imhoff, diturunkan dari jabatannya dan dipulangkan ke Belanda untuk menjalani proses persidangan.
Kembali ke rumahOpa van Imhoff. Rumah yang dibangun pada 1730 semasa Opa van Imhoff masih menjabat sebagai opperkopm. Letaknya sangat strategis di jantung kawasan bisnis Batavia yang jika dilihat di masa sekarang hmm ... kawasan SCBD-lah ya.
[caption id="attachment_327198" align="aligncenter" width="486" caption="Bagian bubungan rumah Opa van Imhoff (dok. koleksi pribadi)"]
[/caption]
[caption id="attachment_327200" align="aligncenter" width="350" caption="Penampakan luar rumah Opa van Imhoff sekarang (dok. koleksi pribadi)"]
[/caption]
Berdiri di sisi barat de Groote Rivier (sekarang Kali Besar), bangunan yang pernah dijadikan tempat usaha oleh Kapiten Oey Liauw Kong hingga dikenal dengan sebutan Toko Merah ini; merupakan salah satu bangunan yang masih bertahan di kawasan elit Batavia (sekarang kawasan kota tua Jakarta). Selain sebagai rumah tinggal dan toko, rumah ini pun pernah difungsikan sebagai hotel, asrama taruna angkatan laut, bank hingga gedung kantor.
Satu hal yang patut diingat baik, Opa van Imhoff-lah yang pertama kali mendirikan sebuah peristirahatan di pinggiran Batavia dan memberinya nama Buitenzorg (sekarang dikenal sebagai Istana Bogor dalam kawasan Kebun Raya Bogor).
Pada 20 Agustus 1746 Opa van Imhoff mendirikan kantor pos pertama di Batavia untuk menjamin keamanan surat pos. Semasa pemerintahan Daendels, sebuah jalan dibangun untuk menghubungkan Anyer Panarukan dengan menerapkan sistem kerja rodi untuk mempercepat lalu lintas surat menyurat antar kota di pulau Jawa yang dikenal dengan nama Groote Postweg (Jalan Raya Pos).