Lihat ke Halaman Asli

Olive Bendon

TERVERIFIKASI

Travel Blogger

Ironis, Bercermin pada Pengelolaan Wisata Sejarah Toraja

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14199324771715021

Hadiah natal terindah yang diberikan dua tahun lalu oleh pemerintah propinsi Sulawesi Selatan masih dalam tahap penyelesaian sejak diresmikan oleh Gubernur Sulawesi Selatan, Yasin Limpo pada puncak perayaan Lovely Desember 2012 tegak berdiri di atas Bukit Singki', Rantepao, Toraja Utara. Pagi itu tampak beberapa pengunjung dan pekerja yang dikejar target untuk menyelesaikan pemasangan huruf-huruf dan lampu di bawah kaki salib raksasa agar terlihat dengan jelas dari kejauhan sebelum pergantian tahun. Di Tana Toraja; pemerintah daerah setempat pun sedang mempersiapkan pembangunan patung Yesus memberkati yang konon hendak menandingi patung Kristus Sang Penebus di Puncak Corcovado, Brazil. Seorang warga yang ditemui di sekitar Bukit Singki mengatakan akan ada pembangunan salib kedua yang sama dengan salib di Singki.

[caption id="attachment_387226" align="aligncenter" width="486" caption="Menikmati Rantepao dari atas Bukit Singki"][/caption]

Ada persaingan antara pemerintah Toraja Utara dan Tana Toraja untuk mendandani program wisata daerahnya dengan patung! Apa salah jika pemerintah daerah ingin memajukan wisatanya? Tak ada yang salah, hanya saja apakah patung-patung yang konon akan menjadi ikon baru pariwisata lebih jelasnya lagi wisata religi itu sangat dibutuhkan oleh Toraja untuk mendongkrak kembali wisata daerahnya?

Mengacu pada tuturan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulawesi Selatan, H. Jufri Rahma kepada Tribunnews (29/12/2012), pembangunan salib raksasa ini adalah sebuah terobosan baru untuk memperkuat destinasi Toraja menjadi daya tarik world heritage. Ada yang menarik dengan penekanan kata world heritage yang dalam berita di Tribunnews disamakan dengan pariwisata dunia.

World heritage berasal dari 2 (dua) suku kata, world (=dunia) dan heritage yang dalam kamus Oxford diartikan sebagai sejarah, tradisi dan nilai-nilainya yang dimiliki oleh suatu bangsa selama bertahun-tahun dan dianggap sebagai bagian penting dari karakter mereka. UNESCO memberi definisi untuk heritage sebagai warisan budaya dari masa lalu yang dijalankan di masa kini dan akan diteruskan kepada generasi yang akan datang.

Manis dan pahit getir perjalanan masa lalu adalah rangkaian perjalanan dengan selaksa pelajaran untuk bercermin dalam mengisi hari ini demi mempersiapkan masa depan yang lebih baik. Soekarno dalam pidato kenegaraannya pada 17 Agustus 1966 pun menegaskan,"jangan sekali-kali meninggalkan sejarah."

[caption id="attachment_387235" align="aligncenter" width="486" caption="Salib, simbol iman atau pencitraan? (dok. koleksi pribadi)"]

14199334381368797623

[/caption]

Mari sejenak bermain imaji, berpikir di luar kotak dan mencoba memaknai tujuan pembangunan ikon wisata religi yang konon perencanaannya sudah ada sejak 1973 (Tempo, 31/12/2012). Apakah benar sebagai simbol 100 tahun Injil Masuk Toraja atau demi pencitraan? Mari kita bermain dengan angka, berapa biaya yang dihabiskan untuk membangun satu patung itu? Untuk salib raksasa, anggaran biaya pembangunannya yang masuk ke APBD Toraja Utara sebesar 6M. Lupakan imaji dan singkirkan deretan angka yang membuat mata melotot. Mari kita lihat dari perjalanan sejarah religi di Toraja.

Berita Injil mulai masuk ke Toraja pada abad 18 yang diberitakan oleh para zending dan misionaris. Misionaris pertama yang bertugas di Toraja adalah Antonie Aris van de Loosdrecht yang menjejak di Toraja pada Nopember 1913 bersama istrinya Alida Sizoo saat mereka masih terhitung sebagai pengantin baru. Van de Loosdrecht mati sebagai martir pada 1917 kala sebuah tombak disarangkan ke dadanya.

[caption id="attachment_387229" align="aligncenter" width="486" caption="Makam van de Loosdrecht yang rimbun di Rantepao (dok. koleksi pribadi)"]

14199327941086506546

[/caption]

Di sepoi-sepoi kibasan semangat 100 tahun Injil Masuk Toraja di sepanjang 2014 ini, makam van de Loosdrecht dan makam-makam misionaris lainnya cukup teduh dikelilingi semak yang tumbuh di antara tempat peristirahatan mereka. Apa kabar dengan ikon lainnya yang sudah rata dengan tanah? Sungguh IRONIS, disaat pemerintah Toraja sedang giat-giatnya menggalakkan pengembangan dan promosi potensi wisata religi di Tana Toraja dan Toraja Utara; ikon destinasi wisata religi yang ada dan seharusnya dijadikan cagar budaya; DILUPAKAN.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline