Sekali lagi saya bukan ahli hukum, dan tak mengerti seluk beluk hukum. Yang saya tahu, di negeri ini, hukum hanya berlaku jika malingnya maling gedang, maling mangga dan maling sendal. Tapi di Kompasiana ini, saya ketemu dengan orang-orang yang luar biasa yang rela memperjuangkan hukum. Mereka adalah orang-orang yang tahu persis bagaimana Republik Indonesia dirampok oleh para pengendali hukum dan pembuat hukum.
Banyak cerita tentang itu, disana sini, termasuk Kompasiana ini.
Maka ketika Prof, Yusril Ihza Mahendra melakukan perlawanan terhadap grasi Presiden SBY kepada perempuan penyelundup empat kilogram marijuana dari Australia, Schapelle Leigh Corby (10 Juli 1977), saya mendukung sepenuhnya, segenap hati.
Tapi, Pak Yusril harus tahu, meskipun Corby jelas bersalah, dimata pemerintah Australia Corby adalah intan permata, mutiara yang tercecer dan sebab itu perlu diupayakan pembebasannya sekuat tenaga dengan cara apapun.
Jika dua tahun lalu, Perdana Menteri Julia Gillard sendiri yang mengemis pengampunannya dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Jakarta menolak, yang kemudian giliran pejabat senior kejaksaan Australia yang menawarkan sebuah skema kontroversial pertukaran tahanan, Transactional Sentenced Person, jelas indikasi tersebut mempertegas bahwa Corby sebegitu berharga dimata Australia.
Karena itu, saya hanya mampu berdoa demi keselamatan jiwa manusia langka seperti Yusril Ihza Mahendra.
Dan, kita tak pernah membayangkan, jika setiap pemerintahan asing yang warganya diterungku di Indonesia mengajukan tawaran yang sama. Lalu, akankah Australia juga mengajukan skema yang sama ke seluruh negara di dunia di mana ada orang Australia yang dipenjara di situ kemudian menteror kepala negara memintakankan Grasi? Yah, karena Corby begitu berharga.
Sekali lagi, salam hormat saya kepada orang-orang perkasa di Negeri ini, yang rela memperjuangkan hukum demi tegasnya Merah dan sucinya Putih.
Karena saya tahu, Merah dan Putih yang membalut Republik ini memang harus dibangun, direkso, dibenahi, direformasi kembali di atas bersih dan suci jiwa-jiwa Indonesia.
Merahnya darah Republik ini bertumpu di atas putihnya nurani manusia Indonesia, bukan diatas bangsa lain. Warna putih itu kini sudah kelam, dia harus dibersihkan dengan mawar dan disucikan dengan cinta negeri dan peradaban. [On]
Link;