Lihat ke Halaman Asli

The Year of Living Dangerously; Welcome To The Jungle!

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Anda pernah nonton film The Year of Living Dangerously? Sebuah film drama romantik buatan Australia yang menceritakan kisah petualangan seorang wartawan Australia yang ditugaskan meliput situasi di Jakarta/Indonesia pada tahun 1965.

The Year of Living Dangerously, merujuk pada judul pidato kenegaraan Presiden Soekarno tanggal 17 Agustus 1964, "Tahun Vivere Pericoloso", yang dikenal dengan singkatan TAVIP. Ungkapan bahasa Italia vivere pericoloso berarti "hidup dalam situasi berbahaya". Oleh pemerintahan Orde Baru film ini dilarang beredar di Indonesia karena dianggap menggambarkan sesuatu yang tidak sesuai dengan sejarah. Di dalam film ini terdapat adegan penembakan massal yang dilakukan oleh sepasukan tentara berbaret merah. Wikipedia

Frame atas Trio Kisruh - Sampang, Bima dan Mesuji – yang menasional dalam satu bulan terakhir, hampir mirip dengan episode film tersebut. Informasi-informasi yang bertebaran dari Trio Kisruh hampir bersumber dari hasil wawancara dengan seorang politisi yang sehari-harinya bermitra kerja dengan kalangan militer, intelijen dan kementrian luar negeri.

Walaupun tidak jelas, apakah ketiganya datang dari sumber yang sama atau aktor-aktor yang berbeda. Tapi ada sejumlah indikasi “kalangan yang kecewa pada pemerintah” yang kemudian mengeksplotasi trio kasus itu – utamanya Mesuji dan Bima – agar gaungnya lebih terdengar dan menggugah banyak hati.

Sebuah usaha yang tidak bakal mampu mendongkel rezim, namun itu adalah sebuah investasi politik menjelang Pemilu 2014.

Tapi itu semua adalah riak. Riak itu tak bakalan pernah sampai menggoncang pondasi rezim. Beberapa sumber bilang tak ada tanda-tanda bakal ada goro-goro besar, baik di permukaan maupun di bawah tanah. Eksploitasi besar-besaran dua rumah terbakar, dua orang mati, itu semua adalah riak. Bahkan ratusan orang sampai matipun nampak sepi dan seakan tidak pernah terjadi.

Dan riak itu bakal banyak mewarnai halaman koran dan media, untuk menyita ruang perhatian publik, yang tak akan pernah berhenti hingga menjelang Pemilu 2014.

Lalu, bagaimana dengan pihak asing? Terlalu beresiko dan bodoh jika mereka yang bermain langsung. Mereka akan menggunakan tangan-tangan LSM terbang berbasis di Washington, Jakarta, Singapura atau Australia. Berita bilang, untuk itu, “Anda cukup periksa LSM mana, tokoh atau organisasi yang banyak bersuara memegafonkan seputar trio konflik itu, kemudian cermati dari mana sumber keuangan mereka.”

Welcome To The Jungle!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline