Lihat ke Halaman Asli

"Anak Menteng" akan Berucap Goodbye Freeport

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Dia tempias Jum’at siang (18 November) di Mil 52, saat mengemudikan mobil bersama 3 brimob (hanya luka-luka). Proyektil hancur. Jejak forensik peluru, ajaibnya, nihil. (“Disebut-sebut jenisnya magnum lapua. Katanya Finlandia punya. Kandungan aluminium di proyektil cukup tinggi sehingga pecah berantakan“) Kematiannya menjadikan total buruh Freeport yang tempias sejak mogok bermula 15 September 2011 menjadi pas selusin orang. Ada banyak penembakan, sebenarnya sejak mogok. Tapi korban di pihak polisi dan tentara tak ada yang mati, ‘hanya’ “luka-luka”. Kabar lain mengatakan adalah bos-bos security perusahaan semuanya bule, sebagiannya veteran invasi Afghanistan dan Irak.  Dan ada cerita kalau di dalam lubuk hati paling dalam mereka, ada keinginan agar no more polisi dan tentara. Mereka ingin seluruh keamanan dari mereka sendiri.

Antara; http://m.antaranews.com/berita/285353/seorang-security-freeport-tewas-tertembak.

Pekan lalu, buruh Freeport memperpanjang izin mogok untuk kali ketiga, hingga 15 Desember, negosiasi buruh-manajemen Freeport-Kemenakertrans tetap buntu sampai hari ini. Buruh berkeras minta kenaikan gaji tiga kali lipat, Freeport hanya mau naik 30%. Gaji buruh berijazah SMA di Freeport 3,6 juta (bukan Rp 11 juta seperti yang ramai disebut pejabat Freeport di media). Gaji karyawan yang masuk degan ijasah S-1 = Rp 7,2 juta/bulan. Setiap tahun produksi  Freeport melebihi target dan buruh-buruh itu hanya kebagian bonus produksi Rp 400-600 ribu per orang. Sekali-kali mereka dapat bonus Rp 3 juta waktu longsor tanggul Freeport beberapa tahun lalu yang berujung pada tewasnya sejumlah orang. Banyak buruh yang tiap gajian uangnya habis hanya untuk bayar utang. Di Freeport, gaji berdasarkan 'kompotensi'degan skema ini, banyak buruh yang pensiun tetap dengan Grade F, level terendah.

Kabar terakhir menceritakan, moral buruh yang mogok masih tinggi. Jumlah mereka masih sama sejak awal pemogokan: 9.000 orang, dari total 12.000 karyawan Freeport (di luar buruh subkontraktor). Kegiatan mereka selama 2 bulan lebih ini kebanyakan hanya berupa "ibadah, ibadah, ibadah", di Masjid-Masjid dan Gereja-Gereja. Sejak mogok, hiburan buruh ikut berganti, dari awalnya menonton Opera Pan Java (acara komedi di TV Jakarta) menjadi menonton berita di Metro TV, TV One dan diskusi-diskusi yang melibatkan kalangan ahli seputar Freeport di kedua TV itu. Mereka merasa dibohongi, dikecilkan upaya legal mereka menuntut kenaikan gaji. Benci mereka terbesar antara lain ke Metro TV sebab salah seorang komisaris Freeport dulunya, kini jadi komisaris di Metro TV.

Buruh mogok terhimpun dalam SPSI Freeport. Pemogokan mereka rancang selama 2 tahun dan didukung oleh 7 suku terbesar di Papua. Dari keseluruhan anggota SPSI Freeport, 97% persen mendukung mogok saat organisasi menginisiasinya. Bos mogok karyawan Freeport ini kabarnya telah menerima ancaman bakal dibunuh.

Secara keseluruhan, buruh relatif tak percaya media dan Freeport, di sisi lain, berhasil memaksakan semacam Blackout informasi ke luar. Buruh yang terlihat wajahnya di foto-foto koran dan majalah dan liputan TV, dikirimi surat Resign for Duty oleh Freeport. Kasus pemecatan sepihak ini juga terjadi pada buruh yang membagi video pertemuan bos Freeport-Tni-Polisi ( peresmian MoU keamanan) ke kalangan media dan LSM terbang; sebuah kecanggihan kerja Freeport mengingat buruh itu sedari awal meminta identitasnya dirahasiakan ke kalangan media. Ini jenis intimasi lanjutan setelah di hari-hari pertama pemogokan, Freeport menelpon orang tua buruh-buruh yang mogok, mengabarkan pemecatan anak-anak mereka. Freeport juga kerap meng-sms istri buruh-buruh yang mogok. Isinya: "Bu, kalau masih mau makan, suruh bapak naik kerja." Kata sumber, andai saja tak ada intimidasi, Freeport Complictly Shutdown. 9.000 buruh yang mogok sudah 2 bulan ini tak terima gaji. Freeport beralasan pemogokan tidak sah, sebab mereka tak diberitahu.

Beberapa sumber bilang, buruh punya "20 poin" yang bakal membuka mata dunia akan kelaliman Freeport. Dan yang mereka keluarkan selama ini -- dan telah membuat heboh -- baru "3 poin" katanya. Termasuk di antaranya soal upah polisi yang jadi centeng Freeport Rp 1,25 jt per orang per bulan. Gaji ditransfer Freeport ke rekning masing-masing polisi yang mengamankan kawasan pertambangan. Jumlahnya 1 ssk = 700 orang. Freeport punya private sekuriti (satpam) yang jumlahnya= 900 org. Tentara menjaga second tier pertambangan, kawasan hutan. soal ini adalah skandal. Polisi kena bakar, KPK tanggal topengnya dan ompong giginya sebab tak berani mengusut meski sudah ada konfirmasi dari dua pihak (Freeport dan polisi) sementara pemerintah cemas kalau tuntutan ini berhasil, buruh-buruh tambang lainnya bakal ikut mogok dan minta kenaikan upah.

Sumber bilang, 9.000 karyawan ini terdiri dari semua lapisan dan agama, dari karyawan Backoffice sampai operator shovel (mesin skop raksasa) paling rendah. Untuk 2 tahun, mereka mengumpulkan semua data tentang Freeport, berapa produksi emas, perak dan tembaga, berapa biaya, bahkan hingga detil pembelian mur, baut, dan rantai. Mereka lalu mengkompilasi data itu hingga akhirnya mendapati apa yang mereka sebutkan sebagai "data faktual" berapa sesungguhnya yang Freeport dapat sebagai kontraktor di Timika. Bertriliun-trilyun royalti, pajak, dlsb yang kerap diumumkan perusahaan, plus ongkos gaji buruh dan karyawan, plus ongkos produksi, totalnya sebenarnya hanya "satu persen" dari keuntungan Freeport, kata sumber. "99%nya mereka yang makan sendiri," katanya.

Buruh menyimpan  data-data itu dalam banyak disk dan ini jadi rebutan banyak orang, nampaknya Kompas termasuk media yang mengimingi lingkaran dalam SPSI dengan uang jika bisa dapat disk itu.

Kabar terakhir menyebutkan, saat si anak Menteng yang doyan bakso itu cabut dari Bali, ada 3 utusan khusus istana yang mendarat di Timika untuk bernego dengan SPSI. Dua jenderal dan manufadu (dubes Kolumbia, re: case nazaruddin). Kabarnya, mereka membawa kabar merdu  untuk buruh yang mogok. Dua hari lalu, semestinya ada pertemuan antar mereka, tapi entah kenapa batal dan belum ada update lagi beritanya.

Tapi, ini kabar merdu, kalau buruh tetap mogok panjang umur hingga 15 Desember, nampaknya si Anak Menteng sudah bisa berucap “Goodbye Freeport”.  []




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline