Lihat ke Halaman Asli

Gerakan "Occupy Wall Street" adalah Gerakan Revolusi

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="" align="alignleft" width="640" caption="Occupy Wall Street"][/caption] Karl Raymond Popper dan Francis Fukuyama pernah menyebutkan bahwa masyarakat Amerika saat ini adalah bentuk terakhir peradaban umat manusia. Menurut mereka berdua, masyarakat manapun yang hendak melanjutkan kemajuan, akan berakhir pada bentuk masyarakat Amerika saat ini, American Dream. Jika ada yang berharap manusia bisa mencapai sebuah peradaban yang lebih dari itu, ia seorang utopian. Tentu mereka berdua menjadi begitu tersohor dan ‘di-tersohor-kan’ karena tidak lepas dari rekayasa di balik layar. Tetapi hari-hari ini jika mereka berdua menyaksikan geliat anak-anak muda Amerika, politisi, guru, ilmuwan, wartawan dan intelektual yang tergabung dalam gerakan Occupy Wall Street, tentu mereka akan mencabut fatwanya dan membuangnya kedalam botol sampah. Kemudian bergegas bergabung bersama gerakan warga disana membangun tatanan dunia baru yang mereka sebut "A New World". Sebuah gerakan partisipasi, sebuah gerakan penciptaan dan bukan demonstrasi. Sebuah gerakan 99% dimana manusia bisa menjadi dirinya sendiri, berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah. Tepatnya di Liberty Square, di kota New York, jantung Amerika Serikat sebuah tatanan dunia baru sedang menuju proses alami. Mengapa warga Amrika itu membangun kembali tatanan dunia? Majalah FORBES pernah merilis jika 400 warga Amerika yang masuk dalam daftar orang terkaya mempunyai jumlah kekayaan yang hampir sama dengan jumlah kekayaan 150 juta warga Amerika. Data lain yang tidak kalah tragis, satu persen warga Amerika yang masuk kelompok kaya mempunyai harta yang lebih banyak dibandingkan 99 persen warga lainnya. Ironis kehidupan masyarakat Amerikan Dream. [ http://www.kbr68h.com/editorial/54-tajuk/14010-menangkap-spirit-gerakan-duduki-jakarta ] Kapitalisme, ketidakadilan, ketimpangan dan kedholiman adalah alasan utama munculnya gerakan Occupy Wall Street. Iblis jenis apa kapitalisme itu? Adalah sebuah paham yang diadopsi oleh elit tertentu demi mempersiapkan umat manusia dijadikan batu bata bangunan imperial yang mereka bangun. Karena segala sesuatu dinilai dari uang dan uang adalah kekuasaan, dan dengan itu mereka merambah dalam setiap bentuk kekuasaan, modal, pendidikan dan media massa bahkan agama. Bentuk moderennya muncul di Jaman kolonial, di Inggris terdapat beberapa keluarga Yahudi yang salah satunya bernama Rothschild. Puncak keluarga itu adalah Baron Rothschild. Mereka begitu dekat dengan kerajaan. Inggris menjajah dua pertiga dunia dengan menggunakan serbuk mesiu dan modal dari Baron. Tentu, setelah mereka menguasai tanah-tanah itu, Baron mendapat bagian dari jutaan pound hasil rampasan mereka dari kekayaan India, Afrika dan kontinen Amerika. Dengan itu mereka menjadi lebih kaya dari sebelumnya. Saat modal sudah terkumpul, mereka pindah dari Inggris ke Amerika, para milyarder di sana mengumumkan independensi dari Inggris yang berakhir dengan keruntuhan empire Inggris Raya. Di sana kaum indrustialis menemukan tempat yang ideal untuk membangun kerajaan mereka. Mereka kuasai ladang-ladang kapas tambang-tambang emas dengan menggunakan tenaga kerja masyarakat kulit hitam Afrika yang diperbudakan. Lalu saat minyak muncul sebagai emas hitam mereka berbondong-bondong menguasai seluruh sumber minyak di Texas dan membentuk Seven Sisters, persatuan tujuh perusahaan minyak dunia. Shell, Mobil, Texaco, Exxon, BP, Caltex, Amco. Menggunakan pengaruh di kekuasaan, mereka juga tidak lupa menyedot sumber minyak di timur tengah dan Indonesia. Masa demi masa berlalu dan mereka tetaplah yang kaya, hanya saja mereka senatiasa mengubah bentuk kekayaan. Sekali ladang kapas, emas, berlian, minyak, lain waktu mesin uap, otomotif, kasino, minuman beralkohol, narkotika, senjata, nuklir dan kini informasi dan infotainment. Semenjak dekade 50-an, mereka berpaling kepada televisi, perangkat yang baru terjadi. Mereka mendirikan stasiun tv seperti NBC, CBS. Sebelumnya mereka mengusai 100% dari industri perfileman Hollywood. Maha-Studio semacam Universal, Metro Goldwyn Meyer, United Artist, Warner Bros, Twentieth Century Fox berada di tangan mereka dan dipergunakan untuk membentuk sistem nilai dan pandangan dunia yang seiring dengan tujuan-tujuan komersial mereka. Kebutuhan dibikin-bikin dan konsumerisme merajalela. Baik buruk, indah, jelek ditentukan oleh produk yang dibeli. Tidak perlu diingatkan lagi, untuk mengembangkan kekayaan mereka menghalalkan segala cara. Mereka kini menguasai hampir 88% kekayaan dunia. Walaupun sangat mungkin mereka sedang mengusai 12% sisanya. Memerankan ‘hansip dunia’ bagi pusat-pusat kekuasaan dan kaum kapitalis multinasional salah satu strateginya. Untuk itu mereka rela mengorbankan kepentingan rakyat Amerika sekalipun. Walaupun Amerika dan Russia masih merupakan dua adidaya militer, namun berbeda dengan sebelumnya mereka kali ini lebih banyak bekerjasama dalam rangka menjaga new world order. Ini dimulai semasa perang Teluk. “New world order”,  kita dapat menafsirkan dengan arti yang mereka kehendaki adalah setelah runtuhnya komunisme dan sosialisme, dunia harus kembali ke pangkuan adidaya tunggal yaitu Amerika Serikat. Teratur di bawah hegemoni tatanan kapitalisme. Oleh sebab itu muncul istilah global village atau globalisasi. Artinya dunia harus mengadopsi satu cara berpikir, satu budaya, satu sistem nilai. Kapitalisme! kelompok 1%!. Melihat kinerja kapitalisme dalam dua abad kiprahnya, kita dapat menyimpulkan bahwa kapitalisme didesain untuk menjaga kondisi yang ada. Memproteksi status quo. Jangan silau dengan jargon mereka tentang “new world order” beserta ornamen dan pentugannya semacam HAM, Demokrasi dan justice. ‘New’ adalah sebuah usaha mengembalikan dunia pada bentuk kekuasaan tunggal, mengingatkan kita pada kekaisaran romawi pada puncak kejayaannya dan Inggris pada Jaman kolonial. Untuk mencapai tujuan itu, pertama mereka harus melembagakan sebuah asumsi; akhir kesempurnaan adalah yang ada saat ini, The American Dream. Mereka sangat alergi dengan segala gerakan perbaikan hakiki. Segala bentuk protes sosial, akarnya selalu dicari di keluhan-keluhan psikologis. Mereka yang revolusioner adalah manusia kalah dan teroris. Persis apa yang divulgarkan oleh rasionalitas "Either with us or with the terrorist", pilih aku atau teroris!. Tapi, gerakan “Occupy Wall Street” 99% merobek lambung 1%, mengalirkan darah dari empedu mereka. Dan gerakan ini adalah perlawanan atas kebusukan dan keangkuhan para arogansi dunia. Dan sekali lagi, “Occupy Wall Street” 99% adalah gerakan revolusi yang bergulir di jantung Amerika dan Sekutu-sekutunya. Gerakan ini akan terus mengalir dan tak akan terbendung hingga runtuh semua kepongahan dan keangkuhan arogansi Hansip Dunia. Selamat datang “Occupy Wall Street”. Selamat datang revolusi. Mari bergabung disini;  http://occupywallst.org/ Sumber gambar; http://occupiedmedia.com/ Referensi 1- Prophecy and Politics, The Secret Alliances between Israel and U.S Christian Rights . Grace Halsell 2- Yahud, Walter J. Fischell (edisi arab) 3- Preatorian Guard 4- Dar boreye Mahdaviyyat, Hasan Rahimpour Azghadi 5- Shalamcheh, Haftehnameye.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline