Biarlah kelabu semua hariku
Karna aku tak ingin kemunafikan memberiku tawa tapi esok menjadi bayang bayang berkhianat
Tapi ingat, aku sudah bersahabat dengan cahaya
Biarlah jaman merumpi di daun telingaku
Akan kuelus dada atas hujat dan cibirnya
Tapi ingat, ketika kebenaran berbicara, namaku disebut
Biarlah aku melebur kedalam butiran hitam kopi
Tegukan demi tegukan akan dipuji pahitnya
Tapi kecaplah, akan ada manis manisnya
Mungkin itu adalah aku yang terselip.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H