Lihat ke Halaman Asli

Abdurrahman Maulana Yusuf

MSc of Accounting Student

Sekulerisasi Standar Akuntansi Keuangan Internasional

Diperbarui: 14 Januari 2016   10:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Tidak dipungkiri lagi bahwa akuntansi merupakan ilmu yang selalu berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Globalisasi merupakan semacam jembatan bagaimana perkembangan akuntansi di suatu negara, benua, bahkan seluruh dunia tak henti-hentinya untuk up to date. Walaupun terdapat hukum, budaya, dan politik bisa berbeda antara satu negara dengan negara lainnya, globalisasi dalam bidang akuntansi justru semakin berkembang pesat. Kemajuan teknologi bahkan menjadikan teknologi sebagai pengganti pekerjaan manusia menuntut keilmuan bidang akuntansi untuk menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada. Perdagangan antar negara serta banyak munculnya perusahaan – perusahaan multinasional yang tumbuh dan berkembang di negara – negara maju maupun negara berkembang.

Globalisasi memberi dampak yang sangat signifikan terhadap kewenangan dan kebutuhan tiap-tiap negara bersangkutan termasuk juga dalam hal pelaporan keuangan serta standar akuntansi yang digunakan. Standar akuntansi memberi gambaran yang jelas dan konsisten kepada pemegang saham, membuat laporan perusahaan lebih dimengerti dan dapat diperbandingkan. Standar akuntansi yang dapat diperbandingkan sangat diperlukan oleh perusahaan-perusahaan multinasional, dan juga oleh para pengguna laporan keuangan yang ingin mengevaluasi kinerja perusahaan skala global dan untuk membantu pengambilan keputusan keputusan yang berhubungan dengan sekuritas.

Negara barat sebagai negara yang tidak pernah habis-habisnya dalam pengembangan ilmu pengetahuan akuntansi tidak akan serta merta diam dalam hal pembentukan standar akuntansi. Hampir seluruh kehidupan warga Indonesia tidak lepas dari pengaruh – pengaruh barat dan penggunaan produk – produk barat. Akuntansi konvensional yang merupakan salah satu produk barat pun bahkan sudah diadopsi tanpa ada perubahan yang berarti. Bisa dilihat dari bagaimana sistem pendidikan, standar, maupun praktik dalam lingkungan bisnis. Semua standar akuntansi berinduk pada landasan teoritis dan teknologi akuntansi IASC. Indonesia mulai menyatakan dirinya pada tahun 2012 untuk mengadopsi IFRS secara penuh. Justru negara Amerika yang mengenalkan IFRS mulai mengadopsi standar tersebut pada tahun 2014.

SEKULARISASI AKUNTANSI

Menurut Peter L. Berger, sekularisasi merupakan suatu proses melalui mana sektor-sektor dalam masyarakat dan kebudayaan dilepaskan dari dominasi lembaga-lembaga dan simbol-simbol keagamaan. Sekulerisasi merupakan semacam punahnya pemahaman religius yang ada pada diri manusia, menghancurkan semua simbol-simbol suci dan religius. Penghancuran nilai-nilai tersebut berlaku di seluruh kehidupan budaya dan sosial bahkan seluruh aspek kehidupan kemanusiaan. Glasner (1992, 53-76) menjelaskan pandangan sekularisasi keilmuan sebagai proses desakralisasi definisi religi terutama aspek-aspek substantif norma dan nilai dalam mitos sosial. Desakralisasi menurutnya terdiri dari empat hal, yaitu generalisasi (yaitu model diferensiasi aspek norma dan nilai), transformasi (yang religius menuju kapitalisasi), desakralisasi (hilangnya supernatural yang esoterik dalam fakta empiris) dan sekularisme (sekularisasi terbatas yang berubah bentuknya menjadi ideologi). Khusus berkaitan dengan ilmu, konsep desakralisasi berhubungan dengan hilangnya kekuatan supernatural-esoterik, sedangkan realitas hanyalah gagasan-gagasan berdasarkan pada rasionalitas murni.

Awal Indonesia menerapkan IFRS tidak semerta-merta karena hanya sekedar mengikuti standar internasional, akan tetapi ada tekanan politik yang menyebabkan Indonesia harus menghadapi tekanan dan kewajiban mengikuti IFRS. Harmonisasi akuntansi dalam bentuk kolonialisme ini dimulai sejak tahun 1997 ketika Indonesia mulai krisis moneter. IMF yang memberikan bantuan dana ikut andil pula dalam harmonisasi ini karena “memaksa” Indonesia mengadopsi kebijakan liberal ini demi kepentingan mereka. Nota kesepahaman ini ditanda tangani oleh Presiden Soeharto pada tahun 1997 sebelum beliau turun dari jabatannya pada tahun 1998 ketika krisis sedang melanda Indonesia.

Penggunaan IFRS itu sendiri menurut IAI adalah jalan terbaik dalam referensi utama pembuatan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia karena dianggap sebagai standar akuntansi yang cukup kokoh. Dengan telah dideklarasikan program konvergensi terhadap IFRS ini, maka pada 2012 seluruh Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan IAI akan mengacu kepada IFRS dan diterapkan oleh entitas

Kepentingan – kepentingan yang dimiliki IFRS bisa dilihat hasilnya seperti dampaknya sekarang. Kegiatan “permainan monopoli” dengan laporan arus kas sebagai alat bantu pemetaan kekuatan keuangan perusahaan untuk mengantisipasi “dadu mesin” dari bursa saham yang disebut Electronically Operated Global Casino (Casino Global Elektronik), atau dalam bahasa Castells disebut sebagai Automaton (Capra 2003, 120). Automaton menurut Castells adalah ciptaan inti ekonomi hasil proses globalisasi keuangan yang secara tegas mengatur kehidupan manusia, bukan robot-robot yang menghilangkan lapangan kerja atau komputer-komputer pemerintah, tetapi mesin-mesin globalisasi berbentuk transaksi keuangan elektroniklah yang mengambil alih dunia manusia.

DAMPAK LIBERALISASI AKUNTANSI

Krisis ? Tak dapat terhindarkan lagi. Sistem ekonomi kapitalisasi menyebabkan krisis 10 tahunan terlurang terus menerus. Kita tahu bahwa tahun 2007 hingga 2009 krisis 1998 terulang kembali menyebabkan banyak perusahaan-perusahaan bangkrut disinyalir sebagai akumulasi keruntuhan ekonimi kapitalis. Siklik dan kecenderungan akumulasi ini terlihat sejak tahun 1923, kemudian berulang pada tahun 1930, 1940, 1970, 1980, 1990, dan 1998-2001. Krisis keuangan tahun 2000-2001 di Amerika Serikat puncaknya ketika terjadi skandal korporasi terburuk 70 tahun terakhir seperti Enron, Arthur Anderson, WorldCom, Cisco Systems, Lucent Tech dan lainnya (lihat misalnya Stiglitz 2006, 7-8; Ravenscroft dan William 2004; Mayper et.al. 2005; Bean dan Bernardi 2005).

Permainan korporasi dan akuntansi menjadi salah satu sumber krisis yang sangat signifikan karena permainan di pasar modal berkenaan dengan kredit perumahan atau istilah kerennya subprime mortage. Subprime Mortgage adalah sebuah keadaan dimana banyak rumah yang disita dimulai dari negara Amerika Serikat yang dimulai pada resesi tahun 2006 dan menjadi krisis keuangan global pada tahun 2007. Kita lihat kejatuhan perusahaan investasi sekuritas keempat terbesar di Amerika, Lehman Brothers. Kebangkrutan Lehman Brother disebabkan ketidakmampuan melunasi kewajiban miliaran dollar AS. Di negeri sendiri kasus Group Bakri atau yang marak per Januari 2009, 12 perusahaan sekuritas lainnya diberi sanksi denda dan dalam pengawasan Bappepam karena melakukan short selling. Aktivitas mereka ditengarai yang telah menyebabkan gejolak IHSG BEI.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline