Surabaya -
HISPRAN -Pembaca nan budiman dalam berbicara tentang polisi bisnis atau polisi dagang Dr.Hadi Pranoto SH.MH. Pengamat kepolisian serta praktis hukum berikan uraian melalui" Kanal Hispran pada Senin(09/05).
Dengan munculnya gunjingan akhir-akhir ini menyedot perhatian warganet (Nitizen) mengenai Briptu Hasbudi seorang anggota polisi Polda Kalimantan Utara yang melakukan sejumlah bisnis ilegal dengan praktik "menjalankan pertambangan emas liar serta bidang impor barang ilegal seperti pakaian bekas, daging, hingga narkoba asal Malaysia.
Hadi mengatakan, " Briptu Hasbudi yang merupakan Bintara tingkat dua yang sebelum restrukturisasi dilakukan Polri pada tahun 2001, pada sebelumnya pangkat Briptu ini disebut dengan istilah Sersan satu.
Diketahui Brigadir Satu (Briptu) Hasbudi yang ditangkap Ditkrimsus Polda Kalimantan Utara (Kaltara) terkait pelanggaran kepemilikan tambang emas ilegal di Kecamatan Sekatak, Bulungan, ternyata merupakan sosok yang tersohor di Kaltara, khususnya Kota Tarakan.Kiprah bisnis Briptu Hasbudi, terbongkar setelah sempat mengalami perkembangan pesat yang menjadikan dirinya
pebisnis yang cukup ternama di Kalimantan Utara serta menjadikanya seorang tokoh masyarakat di wilayahnya dikarenakan yang bersangkutan menjadi sosok ketua ormas dan ketua organisasi olahraga di daerahnya.Briptu Hasbudi saat ini tercatat menduduki posisi Ketua Ikatan Pemuda Sulawesi Selatan (IPSS) Kaltara dan Ketua Beladiri Kempo Indonesia (BKI) Kaltara.
Menurut Hadi, "Kasus Briptu Hasbudi ini merupakan pukulan yang mencoreng bagi institusi kepolisian sendiri, dimana alih - alih jajarannya diharapkan mampu menjadi alat negara
yang berperan menjadi penjaga keamanan ketertiban penegakan hukum mengayomi melindungi dan melayani masyarakat dan ternyata terdapat oknum anggotanya seorang Briptu menjadi pebisnis ilegal yang sudah tentu merugikan negara dan masyarakat. 'jelasnya.
Hadi pun menyayangkan, "Kok, bisa praktik bisnis ilegal menggurita seorang berpangkat Briptu dapat berjalan lancar cukup lama dalam melakukan aksinya sampai membuat pelaku tersohor didaerahnya. Ini 'kan satu petunjuk kegagalan institusi Polri dalam membina stakeholder dan jajarannya untuk menjadikan polisi presisi , polisi promoter, dan apalagi polisi jujur. "Ucapnya.